Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, JAKARTA - Selain dikenal dengan pemandangan alam dan destinasi wisatanya yang indah, Bali juga memiliki warisan budaya yang sangat kaya. Bahkan, rumah adat Bali terdiri dari berbagai jenis dengan nama dan fungsi yang berbeda-beda. Seperti aling-aling, angkul-angkul, bale dauh, dan lain sebagainya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan buku Rumah Adat Nusantara karya Intania Poerwaningtias dan Nindya K. Suwarto, masyarakat Bali memiliki hubungan yang kuat dengan budaya Hindu, yang tercermin dalam keberadaan pura keluarga di dalam rumah mereka. Selain itu, budaya Hindu juga memengaruhi desain arsitektur rumah adat bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas, seperti apa rumah adat Bali tersebut? Berikut rangkuman informasi selengkapnya mengenai rumah adat Bali.
Rumah Adat Bali
Desain arsitektur rumah adat Bali turut dipengaruhi oleh budaya Hindu. Hal ini tercermin dalam penggunaan simbol-simbol keagamaan dan elemen desain yang melambangkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Rumah adat Bali juga umumnya dibangun dengan memperhatikan prinsip-prinsip spiritual, seperti orientasi bangunan yang disesuaikan dengan arah mata angin dan posisi suci, serta penataan ruang yang mencerminkan filosofi Tri Hita Karana. Ini adalah harmoni antara manusia dengan manusia, alam, dan Tuhan. Berikut penjelasan mengenai rumah adat Bali.
1. Aling-Aling
Rumat adat Bali yang pertama adalah Aling-aling. Ini merupakan bagian dari rumah adat Bali yang terletak di Pulau Seribu Pura. Fungsinya sebagai pembatas antara area luar dan angkul-angkul. Aling-aling melambangkan energi positif yang mendukung keharmonisan rumah, dengan dinding pembatas berupa batur setinggi sekitar 150 cm, yang dikenal dengan nama penyeker.
2. Angkul-Angkul
Angkul-angkul adalah gerbang rumah adat Bali yang menyerupai Candi Bentar dan terletak di bagian depan rumah sebagai pintu masuk. Ciri khasnya adalah atap penghubung yang terbuat dari rumput kering, namun kini banyak yang menggantinya dengan genteng dan terdapat ukiran di dindingnya.
3. Bale Manten
Rumah adat ini biasanya diperuntukkan bagi kepala keluarga atau anak perempuan yang belum menikah. Pembangunannya bertujuan untuk menjaga kesucian anak gadis dalam keluarga.
4. Bale Dauh
Ini adalah bagian dari rumah adat Bali yang digunakan untuk menerima tamu dan tempat tidur bagi anak remaja laki-laki. Letaknya di bagian barat rumah utama, dengan lantai lebih rendah dari Bale Manten. Bale Dauh disebut dengan nama lain sesuai jumlah tiangnya, seperti sakenem untuk enam tiang, sakutus untuk delapan tiang, dan sangasari untuk sembilan tiang.
5. Bale Sekapat
Bale Sekapat adalah bagian dalam rumah adat Bali yang digunakan untuk bersantai bersama keluarga. Keunikan Bale Sekapat terletak pada empat tiang penyangga dan atap berbentuk pelana.
6. Klumpu Jineng
Klumpu Jineng merupakan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal sekaligus lumbung padi. Bangunannya berbentuk panggung, dengan atap dan dinding yang tertutup jerami kering, dan digunakan untuk menyimpan gabah yang telah dijemur.
7. Pura Keluarga
Tempat beribadah ini wajib dimiliki oleh setiap rumah yang memeluk agama Hindu. Selain digunakan untuk beribadah, pura keluarga juga dikenal dengan nama pamerajan atau sanggah.
8. Bale Gede
Bale Gede adalah ruangan terbesar di rumah adat Bali, yang digunakan untuk perayaan upacara adat bersama keluarga atau masyarakat.
9. Pawarengan
Ini merupakan dapur yang berlokasi di sebelah selatan atau barat laut rumah. Pawarengan terbagi menjadi dua, satu untuk memasak dan yang lainnya untuk menyimpan makanan dan peralatan dapur.
10. Lumbung
Rumah adat Bali selanjutnya adalah lumbung. Ini merupakan tempat untuk menyimpan bahan makanan pokok seperti beras dan jagung. Letaknya terpisah dari rumah utama, dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan Bale, karena fungsinya hanya untuk menyimpan makanan pokok.