Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Misteri yang Kurang Gereget

Novel terbaru Dan Brown yang mengungkap peran Freemason dalam pendirian Kota Washington. Miskin kreativitas dan mengulang pola lama.

1 Februari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE LOST SYMBOL
Pengarang: Dan Brown
Penerbit: Doubleday, 2009
Tebal: 509 halaman

DAN Brown pulang kampung, ke Washington, Amerika Serikat, dalam novel barunya, The Lost Symbol. Ini buku terbaru Brown setelah kisah organisasi rahasia Opus Dei dan Illuminati di Eropa dalam novel The Da Vinci Code (2003) dan Angels & Demons (2000).

Brown masih mengandalkan jagoannya, Robert Langdon, ahli simbologi di Universitas Harvard (catat: tak ada mata kuliah, apalagi jurusan, itu di kampus tersebut) yang piawai menafsir tanda dan paham sejarah organisasi rahasia kuno. Brown juga masih memakai resep dan pola sama: organisasi rahasia, seabrek petunjuk rahasia di gedung dan karya seni terkenal, serta aksi kejar-kejaran yang melibatkan intelijen. Namun kali ini Brown tidak mendendangkan sejarah Kristen, tapi Freemason atau mason.

Menurut Encyclopaedia Britannica, Freemason merupakan perhimpunan rahasia terbesar di dunia, berkembang dari loji-loji tukang batu pembangun katedral di Abad Pertengahan. Sebagian kecil loji itu mengembangkan ajaran kebatinan yang memungut ritus-ritus dan pernak-pernik ordo keagamaan kuno dan kelompok persaudaraan. Loji Agung, persatuan beberapa loji, pertama berdiri di Inggris pada 1717, dan Freemason pun menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Dalam Vrijmetselarij en samenleving in Nederlands-Indië en Indonesië 1764-1962 (1994) karya Th. Stevens, disebutkan loji Freemason pertama berdiri di Batavia pada 1762. Beberapa tokoh terkenal yang jadi mason adalah pelukis Raden Saleh; Paku Alam V, dan putranya, Pangeran Ario Notodirodjo, pemimpin Boedi Oetomo dan pendiri Sarekat Islam cabang Yogyakarta.

Freemason memiliki ritual khusus dan anggotanya berkomunikasi dengan tanda-tanda rahasia. Karena itulah lahir berbagai mitos dan kesalahpahaman. Apalagi Freemason punya episode gelap dalam sejarah Amerika. William Morgan, anggota Freemason di New York yang ingin melepas sumpah kerahasiaannya dan menulis buku tentang mason, diculik pada 1826. Karena tak pernah ditemukan, berkembanglah rumor bahwa dia dibunuh para mason. Kejadian ini memicu gerakan anti-mason hingga terbentuknya Partai Anti-Mason.

Misi utama Dan Brown adalah mengungkapkan ”masa lalu yang tersembunyi” dalam sejarah negerinya: peran para pemimpin Amerika yang ternyata anggota Freemason dalam membangun Washington yang bertalian erat dengan kepercayaan mason. ”Lebih dari separuh penyusun konstitusi kita adalah mason, orang yang sangat percaya bahwa bintang-bintang dan nasib jalin-menjalin, orang yang memberikan perhatian khusus pada susunan benda langit saat mereka membangun dunia baru mereka,” kata Langdon.

The Lost Symbol adalah fiksi. Ordo ab Chao, frasa Latin yang berarti keteraturan dari kekacauan, yang diklaim Brown sebagai moto perhimpunan itu, hanyalah ciptaan sang pengarang. Deskripsi Brown soal gedung dan simbolnya secara umum ada benarnya. Tapi klaim bahwa Washington Monument adalah titik tertinggi di kota itu keliru, karena yang tertinggi adalah Washington Cathedral.

Beberapa kesalahan lain membuat novel ini kehilangan gereget. Ia juga miskin kreativitas. Potongan tangan Salomon di bagian pembukanya, misalnya, tidaklah seheboh penemuan mayat kurator Jacques Saunière di Museum Louvre dalam The Da Vinci Code.

Pengungkapan jati diri Mal’akh mungkin sedikit mengejutkan, tapi tak seberapa bila dibandingkan dengan rahasia Sophie Neveu sebagai keturunan Yesus dan Maria Magdalena. Aspek ketegangannya pun tak sebaik ketika Brown mengambil setting pemilihan Paus dan adegan ledakan helikopter yang membawa bahan antimateri yang mampu menghancurkan seluruh Vatikan dalam Angels & Demons.

Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus