Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Bila Arah Kiblat Melenceng

Sebanyak 170 ribu masjid di Indonesia salah arah kiblat. Ada kemungkinan karena gempa. Apakah salatnya masih sah?

1 Februari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESEKALI periksalah arah kiblat masjid tempat Anda biasa mendirikan salat. Siapa tahu arahnya tak benar-benar menghadap ke Ka’bah di Mekah. Sebab, banyak masjid di Indonesia ternyata tak akurat arah kiblatnya. Contohnya Masjid Al-Ittihad di Jalan Mutiara Gading Timur, Bekasi. Arah kiblat masjid ini ternyata melenceng 2 derajat dari pusat arah salat umat Islam sedunia. Penyimpangan 2 derajat itu berarti melenceng 107 kilometer dari Ka’bah.

Untuk mengoreksinya, diperlukan pengukuran ulang, seperti di Masjid Al-Ittihad, Selasa pekan lalu. ”Setiap hari, kami menerima satu-lima permintaan pengukuran ulang dari masyarakat,” kata Direktur Urusan Agama Islam Kementerian Agama Rohadi Abdul Fatah setelah mengukur ulang Al-Ittihad.

Kesalahan pengukuran arah kiblat memang terjadi di banyak masjid. Pada 2007, misalnya, tim verifikasi arah kiblat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengambil sampel 108 masjid di semua kecamatan dan kabupaten. Hasilnya mengejutkan, hampir semua masjid tersebut salah kiblat. Arahnya melenceng bahkan sampai kisaran 20 derajat. Hanya 21 masjid yang dianggap sudah tepat arah kiblatnya, dengan toleransi kesalahan kurang dari 1 derajat. Data terakhir Kementerian Agama malah menunjukkan 170 ribu dari total 800 ribu masjid di Indonesia salah arah kiblat.

Ada beberapa penyebab masjid-masjid salah arah kiblat. Ada yang beranggapan gempa bumi yang belakangan ini melanda berbagai kawasan telah mengubah arah kiblat masjid. Tapi Kepala Subbidang Informasi Gempa Bumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Rahmat Triyono, menepis anggapan bahwa arah kiblat di Indonesia bergeser akibat gempa. ”Arah kiblat di Indonesia tetap,” katanya. Dari Jakarta, arah kiblat berada pada sudut 295 derajat lebih dari arah utara.

Gempa yang melanda Indonesia, kata Rahmat, hanya menyebabkan pergeseran lempeng bumi 7 sentimeter per tahun. ”Tidak signifikan untuk ukuran luas Indonesia, kecuali dalam jangka waktu jutaan tahun lamanya,” ujarnya.

Pakar ilmu falak Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, Ahmad Izzuddin, berpendapat, melencengnya arah kiblat masjid di Indonesia umumnya karena ketidakakuratan dalam mengukur arah kiblat saat mendirikan masjid. ”Banyak yang hanya dikira-kira,” katanya. Alat yang digunakan pun sangat sederhana, misalnya kompas. Kompas tak selalu akurat. Alat penunjuk arah itu memiliki penyimpangan 1 hingga 10 derajat dari angka yang ditunjukkan oleh jarumnya.

”Mayoritas masyarakat belum memahami teknik pengukuran kiblat dengan benar,” kata Direktur Lembaga Rukyatul Hilal Indonesia Mutoha Aminuddin, yang rutin melakukan verifikasi arah kiblat masjid-masjid. Sampai Senin pekan lalu, Mutoha dan tim verifikasi Badan Hilal dan Rukyah Provinsi Yogyakarta telah memverifikasi 300 masjid dengan menggunakan alat teodolit. ”Target kami sepekan minimal tiga masjid,” kata Mutoha.

Ada cara lain. Masyarakat bisa mengukur secara akurat arah kiblat dengan bantuan teknologi. Beberapa situs daring (online) menyediakan petunjuk arah kiblat dengan aplikasi Google Maps. Situs itu bisa diakses di www.qiblalocator.com atau yang berbahasa Indonesia di http://rukyatulhilal.org. ”Tapi lebih pasti, disarankan menggunakan teodolit,” kata Mutoha.

Kalaupun arah kiblat yang salah belum sempat dikoreksi, tak perlu khawatir. Penyimpangan hingga 1 derajat masih ditoleransi. ”Salatnya tetap sah,” ujar Mutoha.

Ketua Fatwa Majelis Ulama Indonesia Pusat M. Anwar Ibrahim menyatakan masyarakat yang mengetahui arah kiblat masjidnya melenceng memang harus memperbaiki. Tak perlu membongkar masjid. Ubah saja posisi saf. ”Sangat mudah, tidak perlu diperdebatkan,” katanya.

Rudy Prasetyo, Rofiuddin (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus