Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Musik Klasik Tak Lagi Tabu

5 April 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ratusan tahun lamanya musik klasik dimuliakan sebagai khazanah musik seni budaya tinggi yang terjaga dan terpelihara keberadaannya hingga hari ini. Sebenarnya ada dua pengertian tentang musik klasik dalam tulisan ini yang perlu dimengerti. Pertama adalah pengertian tentang Musik Klasik (dalam kapital), yang menunjuk khusus pada genre atau aliran musik seni di Wina, Austria, pada abad ke-18-19 (1760-1830), dengan pelopornya W.A. Mozart, Joseph Haydn, dan Ludwig van Beethoven.

Kedua adalah pemahaman salah kaprah yang "disepakati bersama", bahwa yang dimaksud dengan musik klasik (non-kapital) adalah semua "seni musik serius"—demikian istilah ini dipakai sejak tahun 1940-an (pasca-Perang Dunia II)—sebagai antiphoda dari apa yang disebut "musik hiburan". Dengan demikian yang di mengerti sebagai musik klasik (huruf kecil) adalah semua seni musik serius yang sesungguhnya masing-masing cukup berbeda dalam watak, aliran, maupun khazanah zamannya. Di sana ada Musik Renaisans, Barok, Ro- koko, Klasik, Romantik, Impresionisme, Ekspresionisme, Modern, dan sebagainya.

Gaya-gaya musik yang pada mulanya berkembang di Eropa ini sangat terjaga dalam perkembangan format penciptaan dan permainannya. Artinya, walaupun selalu terjadi progresi dalam tafsir dan tampilan permainan musiknya, ada kaidah pakem yang terus-menerus terpelihara dalam proses kesinambungan perkembangan sejarahnya.

Semua musik adalah penghiburan, akan tetapi—sampai periode waktu yang disebut di atas—secara umum musik klasik tidak dikategorikan sebagai "musik hiburan", justru karena kaidah-kaidah "baku" yang ditanamkan pada sosok karakteristik kategori khazanah musik ini. Maka ia—musik klasik—seolah-olah hidup dalam habitat karya seni yang berbeda dari jenis-jenis musik hiburan (entertainment). Demikianlah pemilahan ini dipahami puluhan bahkan mungkin ratusan tahun lamanya, sampai tumbuhnya perkembangan baru abad industri dan teknologi informasi yang sangat pesat dan mengubah banyak hal sejak pertengahan abad lalu.

Perubahan sikap politik budaya industri dan invensi (penemuan dan pengembangan) baru musik elektronik dan alat musik elektronik—terutama dalam khazanah musik pop, rock, jazz, dan musik kontemporer—membuka wacana baru pendekatan estetik dalam perkembangan musik industri "hiburan" maupun musik "serius". Tirai-tirai dikotomi musik serius dan hiburan—serious and entertainment di Amerika—atau yang disebut oleh orang Jerman E(rnst) Musik und U(nterhaltung) Musik—semakin terbuka dan longgar. Boston Pops Symphony Orchestra atau Hollywood Bowl Symphony Orchestra di Amerika khusus memainkan konser musik hiburan dalam "gaya klasik", atau memainkan musik "klasik ringan" dengan pendekatan musik hiburan. Mereka memberikan label light music. Di Eropa hampir tiap studio radio dan televisi mempunyai divisi musik orkestra yang khusus memainkan musik hiburan.

Pada pertengahan tahun 1960-an komponis Amerika Walter Carlos, seorang profesional dalam bidang musik dan tekno-elektronik, membuat eksperimen musik klasik pertama yang menggemparkan di studio musik elektronik miliknya. Ia memodulasi dan mengaransmen karya-karya komponis musik Barok Johan Sebastian Bach (1685-1750) dalam teknik output Synthesizer yang dikenal dengan sebutan Switched on Bach, The Well Tempered Synthesizer, dan sebagainya (antologi karya-karya keyboard Bach terkumpul dalam buku asli The Well Tempered Clavier).

Sebagai contoh, percobaan re-arrangement karya Bach The Bradenburg Concert dengan sistem electronic synthesizer membuktikan bahwa dengan perangkat media elektronik seperti itu (electronic devise), jalur-jalur garis suara musik dalam bagian-bagiannya yang lebih detail bisa terinci jauh lebih jelas (elaborate) seperti layaknya dalam teori analis musik yang tajam dan transparan. Percobaan-percobaan Carlos ini mengilhami pekerja seni musik rock seperti Keith Emerson (Emerson, Lake and Palmer), Brian Eno (Rocy Music), Rick Wakeman (Yes) pada tahun 1970-an, tatkala instrumen gitar (electronic synthesizer) menjadi roh khazanah musik ini.

Demikianlah, pada tahun 1980-an orang tak lagi begitu dikejutkan mendengar tema utama bagian keempat Symphony Nr. IX Beerthoven yang ditulis berdasar epik-puisi karya pujangga besar Schiller "An die Freude"—atau tema-tema utama karya simfoni Mozart, Symphony Yupiter, Symphony Musim Semi—disadur sepenuhnya dalam gaya musik pop, rock, atau jazz. Tirai-tirai dikotomi musik hiburan vs musik serius semakin tersibak lebar, memancarkan keraguan apakah sebenarnya semua musik itu penghiburan atau hiburan.

Pada akhir abad ke-20 orang hanya sedikit terperangah dengan rasa kagum—tetapi tidak lagi terkejut—ketika dihadapkan pada tontonan sensual gesekan virtuous biolinist cantik Vanessa Mae yang muda ceria dalam gaya musik funky yang keklasik-klasikan. Orang juga menerimanya dengan senang hati dan tidak merasa aneh melihat gaya Bond atau Hilary Hahn yang memikat tetapi serius—sebagaimana halnya orang melihat bintang opera Pavarotti atau Domingo di pentas publik yang terkesan serius, tapi menghibur. Tak usah kaget, tekno-informasia industri mencairkan dan mendekatkan segala-galanya.

Suka Hardjana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus