Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Nostalgia, mutu dan lain-lain

Tanggapan ahmad albar, iravati sudiarso, a. riyanto suryabrata, suwanto suwandi, titiek puspa, jockie suryoprayogo, sekitar prestasi guruh yang menggabungkan pop dengan klasik & gamelan tradisional. (ms)

13 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI bawah ini beberapa pendapat yang berhasil dikumpulkan sekitar prestasi Guruh yang menggabungkan pop dengan klasik dan gamelan tradisionil. AHMAD ALBAR (32 tahun, penyanyi) Saya tertarik pada Guruh karena ketekunannya. Musiknya lebih komersiil dan lebih komunikatif dibanding Keenan dan Chrisye, dan tetap terasa berbobot. Buktinya pada kaset Keenan yang jadi hit justru lagu Guruh. Saya sendiri ikut pergelaran Guruh demi karier sebagai artis -- supaya ada kesempatan berkembang. IRAVATI SUDIARSO (Dewan Kesenian Jakarta) Yang saya khawatirkan basis musiknya belum kuat. Saya belum bisa menilai ada bobot. Baru nostalgia kepada musik tradisionil. Dia anak muda yang merindukan tradisi. Mungkin saja dia mulai dari snobisme, tapi dalam proses lebih lanjut akan mengkristal dalam dirinya Dan kalau memang ada snobisme akan lenyap. Guruh masih perlu menambah basis musiknya. A. RIYANTO (35 tahun, pengaran lagu) Sejak dulu ide menggabungkan musik Barat dan tradisionil Indonesia sudah ada, misalnya dengan angklung dan kolintang. Tapi belum ada pelaksanaannya lebih lanjut. Penggabungan itu memang sulit. Dalam hal gamelan susah mixnya untuk mencapai harmoni. Musik Guruh tidak banyak beda dengan musik pop lainnya. lanya Guruh ditunjang hal-hal lain, seperti liriknya. Sehingga ia jadi khas. Kekuatan cita-cita musik itu yang membuatnya agak lain dari musik pop yang ada. Soal kelemahannya tidak penting. Yang lebih penting cita-cita yang hendak disampaikan itu tercapai atau tidak. Banyak penulis lagu sekarang, dan juga sebelum Guruh, jadi tidak berarti. Guruh telah mempengaruhi penulisan lagu. Saya percaya Guruh akan bertahan. SURYABRATA (Dosen Fakultas Seni UNAS) Guruh menggunakan musik Barat dengan estetika Barat dan gamelan sesuai dengan estetika gamelan. Guruh menggunakan gamelan untuk memberikan bunyi yang diingininya. Banyak hasilnya. Tapi sebagai hasil artistik masih belum berani saya mengatakan nilalnya. SUWANTO SUWANDI (Kepala Sub Siaran Musik TVRI) Kaset Guruh-Gipsy bukan sekedar untuk dinikmati tetapi juga untuk dipikir. Warna musiknya, organisasinya, disiplinnya dan kesungguhan grupnya sampai menghasilkan kaset itu. Soal gamelan masuk musik, bukan barang baru. Tahun 50-an ada orang Amerika --William Becket -- mencoba di RRI Jakarta. Tapi itu hanya merupakan gamelan yang diilustrasi dengan nada diatonis. Sedang Guruh memberikan Suara lebih manis. Ada sensasi di situ bukan sensasi negatif lho. Musik Guruh lebih menonjol dari musik pop yang sudah ada karena ada konsep. Kalau dibanding Harry Rusli, misalkan masakan, Harry memberi bumbu terlalu banyak. Liriknya misalnya--berlebihan. Saya risi mendengarnya Lagi Harry itu mencampurkan unsur gamelan begitu saja -- terasa hanya tempelan. Guruh tidak. TITIEK PUSPA (Penyanyi, penulis lagu, bintang film) Ia berhasil menggeser musik pop yang lain karena aransemennya memasukkan unsur klasik. Juga karena lirik-liriknya yang bisa dikatakan kromo inggil (bahasa tinggi). Kalau memasukkan unsur gamelan, itu bukan barang baru. Mus Mualim, suami saya, tahun 1967-1968 memperagakan itu di HI-piano diiringi gamelan. Guruh ada usaha membawa keaslian. Bagi saya nilainya sudah tinggi dilihat dari sudut musik pop dan kemampuan anak muda sekarang. Dibanding Harry Rusli, yah, Harry Rusli kwalitasnya baik, tapi potongannya membingungkan saya. JOCKIE SURYOPRAYOGO (25 tahun, penulis lagu Juwita) Saya tidak meniru Guruh. Kita masing-masing punya warna sendiri. Guruh condong menggunakan tone pentatonis seperti yang terdapat dalam musik Jawa dan Bali, saya pada tone yang manis dan lembut. Kalau nggak salah Idris Sardi dulu pernah mencampur gamelan dengan musik Barat, tapi tak dilanjutkan. Yang saya hargai pada Guruh adalah spontanitasnya. Kalau kita masih berpikir-pikir tentang sesuatu ide, dia sudah lantas mencoba. Musik Guruh kuat pada liriknya. Selama ini dalam mencipta, Guruh dibantu Ronny dan Junaedi dalam aransemen. Kalau misalnya Gumh bisa menciptakan semuanya sendiri akan lebih baik. Guruh tanpa teman-temannya yang lain akan pincang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus