Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Maestro tari Indonesia, Ayu Bulantrisna Djelantik, berpulang pada 24 Februari lalu.
Bulantrisna mendidik muridnya menjadi manusia berdaya guna melalui tari.
Menurut muridnya, ketika berkarya tari, Bulantrisna layaknya sedang membuat karya ilmiah.
SEORANG gadis 20 tahun—mungil, berkulit cerah, cantik sangat menawan—berdiri di depan 40-an mahasiswa, yang rata-rata lebih tua darinya. Sesekali ia memberi instruksi untuk berdiri rendah, tubuh meliuk, tangan merentang. Sesekali ia mendemonstrasikan nyledét (kelebatan mata), senyum, merongos, berputar cepat, dan berdiri lagi, seperti instruksinya. Dalam waktu yang tak sampai lima detik itu, saya, salah seorang mahasiswanya, seperti melihat makhluk ajaib, bidadari mempesona, mengejutkan. Ia adalah Ayu Bulantrisna Djelantik sewaktu mengajar praktik tari Bali di Konservatori Tari atau Kori tingkat akademi yang baru dibuka di Gedung Merdeka pada 1968, yang kemudian menjadi ASTI, STSI, dan kini ISBI alias Institut Seni Budaya Bandung.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo