Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, JAKARTA - Sejarah adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari, mengkaji, dan meneliti peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Pada perkembangannya, sejarah memiliki beberapa konsep dalam kajian ilmunya. Salah satunya adalah konsep mengenai sejarah sebagai seni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan buku Modul Sejarah Kelas X oleh Luluk Masruroh, terdapat empat konsep dalam ruang lingkup kajian sejarah. Mulai dari sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai cerita/kisah, dan sejarah sebagai seni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas, apa maksud dari sejarah sebagai seni? Mengapa sejarah dikatakan sebagai seni? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Pengertian Sejarah Sebagai Seni
Mengutip dari buku Menyusur Peristiwa, Kisah, dan Seni dalam Sejarah yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sejarah sebagai seni adalah konsep tentang ilmu sejarah yang mengedepankan nilai-nilai estetika atau keindahan dalam penelitian dan penyusunannya.
Karena mengedepankan estetika ini, maka sejarah sebagai seni tidak lagi dipandang dari segi etik atau logika. Nilai estetika dalam sejarah ini digunakan untuk melihat konsep dan substansi yang terdapat dalam sejarah tersebut.
Dalam bukunya, Luluk Masruroh mengutip penjelasan Wilhelm Dilthey, yang mengatakan bahwa sejarah adalah pengetahuan tentang rasa. Hal ini karena sejarah tidak hanya mempelajari segala yang bergerak dan berubah atau yang tampak dipermukaan.
Sejarah juga mempelajari motivasi yang mendorong terjadinya perubahan besar bagi pelaku sejarah. Dalam sejarah, dipelajari juga suatu proses yang dinamis dalam kehidupan manusia yang didalamnya terdapat hubungan sebab akibat.
Unsur Sejarah Sebagai Seni
Sejarah sebagai seni disebabkan dalam rangka penulisan kisah sejarah. Dalam memilih topik, sejarawan sering tidak bisa mengandalkan ilmu yang dimilikinya saja. Ia akan memerlukan ilmu sosial lain dalam menentukan sumber apa yang harus dicari, demikian pula dalam interpretasi data. Oleh karena itu, terdapat beberapa unsur sejarah sebagai seni.
1. Intuisi
Salah satu unsur sejarah sebagai ilmu adalah intuisi. Sejarawan memerlukan intuisi atau ilham, yaitu pengalaman langsung dan insting selama masa penelitian berlangsung. Setiap langkah diperlukan kepandaian sejarawan dalam memutuskan apa yang harus dikerjakan. Seringkali untuk memilih suatu penjelasan, bukan peralatan ilmu yang berjalan tetapi intuisi. Dalam hal ini cara sejarawan seperti seorang seniman
2. Imajinasi
Sejarawan juga membutuhkan Imajinasi, misalnya membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, pada suatu periode yang ditelitinya. Imajinasi yang digunakan tentunya bukanlah imajinasi liar melainkan berdasarkan keterangan atau data yang mendukung.
Misalnya sejarawan akan menuliskan tentang Sultan Palembang yang berada di luar ibu kota pada abad ke-19. Sejarawan dituntut untuk dapat membayangkan sungai dan hutan yang mungkin jadi tempat baik untuk bersembunyi.
3. Emosi
Dalam penulisan sejarah terdapat pula keterlibatan emosi. Di sini penulis sejarah perlu memiliki empati yang menyatukan dirinya dengan objek yang diteliti. Sejarawan harus bisa menghadirkan objeknya seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa tersebut.
Pada penulisan sejarah zaman Romantik, yaitu pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, sejarah dianggap sebagai cabang sastra. Akibatnya, menulis sejarah disamakan dengan menulis sastra, artinya menulis sejarah harus dengan keterlibatan emosional.
4. Gaya Bahasa
Dalam penulisan sejarah sebagai seni, sejarawan harus menggunakan gaya bahasa yang tidak berbelit-belit, tidak berbunga-bunga, tidak membosankan, komunikatif dan mudah dipahami. Khususnya dalam menghidupkan suatu kisah di masa lalu. Di sini yang diperlukan adalah kemampuan menulis secara terperinci (detail).
Berbeda dengan karya sastra, dalam penulisan sejarah harus berusaha memberikan informasi yang lengkap dan jelas. Serta menghindari subjektivitas dan mengedepankan objektivitas berdasarkan penggunaan metode penelitian yang tepat.
Contoh Sejarah Sebagai Seni
Selain dalam bentuk tulisan, sejarah sebagai seni juga dapat berbentuk lain. Berikut contoh sejarah sebagai seni.
1. Seni Pahat
Seni pahat merupakan salah satu bentuk sejarah sebagai seni yang dapat ditemukan dalam berbagai warisan sejarah, seperti arca dan candi. Seni ini mencerminkan keindahan sekaligus jejak sejarah yang melekat di dalamnya.
2. Seni Patung
Seni patung tidak hanya memancarkan keindahan, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang terkandung dalam unsur-unsurnya.
3. Seni Arsitektur
Bentuk sejarah sebagai seni ini dapat terlihat pada bangunan-bangunan bersejarah, seperti benteng, candi, keraton, rumah adat, dan berbagai jenis bangunan tradisional lainnya yang mencerminkan warisan budaya.
4. Tari Tradisional
Tari tradisional bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai sejarah. Tarian ini mengandung elemen imajinasi, intuisi, dan emosi dari para penari, menjadikannya sebagai seni yang merepresentasikan budaya dan sejarah. Tarian tradisional umumnya bertahan dan diwariskan secara turun-temurun dari masa lalu, masa yang bersejarah.
5. Pakaian Adat
Contoh sejarah sebagai seni selanjutnya adalah pakaian adat. Ini merupakan simbol identitas daerah tertentu. Hampir setiap wilayah di Indonesia memiliki pakaian adat yang berbeda-beda. Sebagai contoh seni sejarah, pakaian adat menjadi bagian dari warisan leluhur yang mencerminkan nilai-nilai tradisional pada masa itu.