Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
IA berjalan mendekati meja-kursi, lalu menaiki meja itu. Ia mengingat sebuah peristiwa yang sungguh menyakitkan. Bukan hanya untuk tubuhnya, tapi juga batinnya. Peristiwa ketika ia harus mendekam di sebuah kamp di Cina. Ia tak tahu ke mana harus mencari tempat yang tertutup untuk memerah susunya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Memonologkan Ruhana Kuddus sampai Tan Tjeng Bok"