Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsitektur

Penyakit "blue"

21 November 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG lelaki tiba-tiba nyelonong ke tempat praktek dr. Meyer Schwartz, pada pukul 10.15 pagi. Pria itu mengeluh, pada kulit pipinya terlihat bercak-bercak biru. "Anehnya," kata si pasien, "bercak itu terlihat selama sejam saja. Setelah itu, hilang sama sekali." Dokter Schwartz pun menyusuri tubuh sang pasien. "Mungkin, pembuluh darah orang ini ada yang pecah, atau sesak napas, kekurangan oksigen dalam darahnya," begitu pikirnya. Tapi tak dijumpai sedikit kelainan. "Apa Anda mengidap sakit jantung, gatal-gatal, bersin, atau kecanduan obat bius?" tanyanya. "Enggak, tuh," jawab lelaki itu. "Baiklah, kalau begitu silakan pulang, kemudian beristirahat secukupnya. Kalau ada apa-apa telepon saja, ya?" kata Schwartz memberi nasihat. Satu jam ditunggu tak ada telepon. Dua jam, tak ada telepon. Begitu seterusnya sampai pukul 17.30 pesawat telepon dr. Schwartz berdering panjang. Dari ujung sana terdengar suara lelaki itu lagi, "Maaf, ya, Dok. Ternyata saya tidak sakit apa-apa. Bercak biru dipipi saya tadi cuma kelunturan handuk baru yang diberi teman saya. Terima kasih." Gagang telepon diletakkan. Cerita ini betul menurut Discover

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus