Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Perang vietnam, sisi lain

Sutradara: hal ashby peran utama: jane fonda, john voight, bruce dern. resensi oleh: bambang bujono. (fl)

2 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

COMING HOME Sutradara: Hal Ashby Peran Utama: Jane Fonda, John Voight, Bruce Dern. SISI lain dari perang Vietnam adalah penerimaannya di kalangan masyarakat Amerika sendiri. Dari kisah para serdadu yang pulang perang, terbentuk kemudian satu opini: betapa perang di sebuah negara Asia Tenggara itu kehilangan makna. Betapa para prajurit itu pada akhirnya tak tahu benar untuk apa mereka turut terjun dalam kancah yang sebenarnya perang saudara itu. Dan betapa sukar dibedakan, dalam kenyataan akhir, antara perang dan tindak kriminal. Setidak-tidaknya itulah yang disuguhkan Coming Home, yang dibuat 4 tahun lalu. Berbeda dengan dua film tenang perang Vietnam terdahulu - The Deer Huner dan Apocalypse Now -- Hal Ashby, sutradaranya, tak menyuguhkan kedahsyatan medan. Juga tak berdiri di "pihak Amerika". Bukankah Jane Fonda, yang pernah menuding The Deer Hunter sebagai "rasialis", justru pemegang peran utama film ini? Karena itulah, meski beredar di sini ketika perang Vietnam sudah tak lagi menjadi topik hangat, ia terasa tetap berharga. Terpenting, tentunya, karena pada dasarnya Coming Home adalah sebuah kisah cinta segi tiga -- yang bisa tetap awet -- meskipun dengan mengetengahkan sikap yang dipantulkan dari sebuah latar belakang yang dekat. Cerita memilih fokus Sally (Jane Fonda) -- istri setia dan alim yang ditinggal Kapten Marinir Bob Hyde (Bruce Dern), suaminya, ke Vietnam. Untuk mengisi hari-hari tanpa suami, ia mendaftar sebagai tenaga sukarela pada sebuah rumah sakit yang merawat para pejuang perang Vietnam. Kesepian yang panjang membuatnya jatuh cinta kepada Sersan Marinir Luke Martin (John Voight) yang lumpuh, yang dirawatnya. Dan itu membuatnya menyadari: betapa masyarakatnya, waktu itu (1968), acuh tak acuh terhadap mereka yang kembali dari Vietnam. Para penanggung jawab rumah sakit, misalnya, lebih suka membicarakan regu base ball mereka daripada kurangnya tempat tidur bagi pasien. Tapi Ashby tak menjadikan filmnya ini sebuah film propaganda --lebih dari sebuah potret. Perubahan dalam diri Sally bahkan tak digambarkan secara sengaja. Waktu film habis, dan lampu bioskop menyala, barulah menjelas bahwa Sally sebenarnya berubah. Penutup film memang cukup menyarankan. Bob, suami Sally -- yang dipulangkan dari Vietnam karena kakinya tertembak senjatanya sendiri waktu hendak mandi -- diperlihatkan mencopot seluruh pakaiannya. Lalu dengan telanjang bulat berenang di laut -- untuk tak kembali. Itu semua terjadi setelah Bob mendapat tahu penyelewengan Sally dari dua agen FBI. Juga setelah ia menerima bintang jasa -- yang membuatnya merasa berdosa, karena ia merasa tak berbuat kepahlawanan secuil pun. Perang Vietnam, yang semula dianggapnya semacam pertandingan Olympiade (dan ia menjanjikan sebuah senapan AK-47, senjata Vietcong, buat Sally) ternyata perang yang sia-sia. Juga Luke Martin, yang membuat Sally menemukan kebahagiaan, adalah orang yang kecewa -- meski tak menyesal kakinya lumpuh karena itu. Di hadapan anak-anak sekolah menengah ia berpidato. Ia dengan tenang menceritakan, Vietnam yang sesungguhnya bukanlah Vietnam yang digambarkan dalam film. Di sana hanya ada neraka. Kepahlawanan hanyalah mimpi. Luke, setelah menjadi sinis dan kehilangan pegangan, berkat Sally mendapatkan kembali keseimbangannya. Ia berdiri kokoh dalam adegan segi tiga: Bob, Sally dan Luke. Pulang dari mendapat penjelasan dari dua agen FBI tentang penyelewengan Sally, dengan senjata lengkap berbayonet Bob menemui Sally -- yang sebelumnya telah diberitahu Luke bahwa suaminya telah tahu perbuatan mereka. Los Angeles, 1968 Sally menyerah. Ia tak ingin membuat alasan apa pun tentang penyelewengannya, kecuali kesepian. Tapi banyak orang lain juga kesepian, dan tidak menyeleweng, hardik Bob. Bob tak tahu bahwa justru dengan tindakan Sally itu, perempuan ini telah -- untuk pertama kalinya -- memutuskan sesuatu dengan kemauan sendiri, dan bukan kemauan suaminya. Tiba-tiba Luke muncul. Menjelaskan segalanya. Perang, dan bukan diri merekalah yang sebetulnya bersalah. "Kamu dan aku tahu Bob, apa yang sesungguhnya terjadi di Vietnam." Pembunuhan perkosaan, kebiadaban. Karenanya "jangan salahkan istrimu atau dirimu." Coming Home memang tak memenangkan Oscar -- dikalahkan The Deer Hunter. Tapi permainan Jane Fonda dan John Voight -- keduanya mendapat Oscar 1979 sebagai aktris dan aktor terbaik -- menjadi degup jantungnya. Ditambah lagi dengan irama film yang bernada rendah, yang dengan bagus memotret kehidupan sehari-hari di Los Angeles tahun 1968 tanpa menjadi cengeng. Dan tiba-tiba yang diceritakan film ini bukan lagi Vietnam. Juga bukan peristiwa. Tapi manusia-manusianya, dan sesuatu yang berubah. Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus