COMING HOME
Sutradara: Hal Ashby
Peran Utama: Jane Fonda, John Voight, Bruce Dern.
SISI lain dari perang Vietnam adalah penerimaannya di kalangan
masyarakat Amerika sendiri. Dari kisah para serdadu yang pulang
perang, terbentuk kemudian satu opini: betapa perang di sebuah
negara Asia Tenggara itu kehilangan makna. Betapa para prajurit
itu pada akhirnya tak tahu benar untuk apa mereka turut terjun
dalam kancah yang sebenarnya perang saudara itu. Dan betapa
sukar dibedakan, dalam kenyataan akhir, antara perang dan tindak
kriminal.
Setidak-tidaknya itulah yang disuguhkan Coming Home, yang dibuat
4 tahun lalu. Berbeda dengan dua film tenang perang Vietnam
terdahulu - The Deer Huner dan Apocalypse Now -- Hal Ashby,
sutradaranya, tak menyuguhkan kedahsyatan medan. Juga tak
berdiri di "pihak Amerika". Bukankah Jane Fonda, yang pernah
menuding The Deer Hunter sebagai "rasialis", justru pemegang
peran utama film ini?
Karena itulah, meski beredar di sini ketika perang Vietnam sudah
tak lagi menjadi topik hangat, ia terasa tetap berharga.
Terpenting, tentunya, karena pada dasarnya Coming Home adalah
sebuah kisah cinta segi tiga -- yang bisa tetap awet -- meskipun
dengan mengetengahkan sikap yang dipantulkan dari sebuah latar
belakang yang dekat.
Cerita memilih fokus Sally (Jane Fonda) -- istri setia dan alim
yang ditinggal Kapten Marinir Bob Hyde (Bruce Dern), suaminya,
ke Vietnam. Untuk mengisi hari-hari tanpa suami, ia mendaftar
sebagai tenaga sukarela pada sebuah rumah sakit yang merawat
para pejuang perang Vietnam. Kesepian yang panjang membuatnya
jatuh cinta kepada Sersan Marinir Luke Martin (John Voight) yang
lumpuh, yang dirawatnya.
Dan itu membuatnya menyadari: betapa masyarakatnya, waktu itu
(1968), acuh tak acuh terhadap mereka yang kembali dari Vietnam.
Para penanggung jawab rumah sakit, misalnya, lebih suka
membicarakan regu base ball mereka daripada kurangnya tempat
tidur bagi pasien.
Tapi Ashby tak menjadikan filmnya ini sebuah film propaganda
--lebih dari sebuah potret. Perubahan dalam diri Sally bahkan
tak digambarkan secara sengaja. Waktu film habis, dan lampu
bioskop menyala, barulah menjelas bahwa Sally sebenarnya
berubah.
Penutup film memang cukup menyarankan. Bob, suami Sally -- yang
dipulangkan dari Vietnam karena kakinya tertembak senjatanya
sendiri waktu hendak mandi -- diperlihatkan mencopot seluruh
pakaiannya. Lalu dengan telanjang bulat berenang di laut --
untuk tak kembali.
Itu semua terjadi setelah Bob mendapat tahu penyelewengan Sally
dari dua agen FBI. Juga setelah ia menerima bintang jasa -- yang
membuatnya merasa berdosa, karena ia merasa tak berbuat
kepahlawanan secuil pun. Perang Vietnam, yang semula dianggapnya
semacam pertandingan Olympiade (dan ia menjanjikan sebuah
senapan AK-47, senjata Vietcong, buat Sally) ternyata perang
yang sia-sia.
Juga Luke Martin, yang membuat Sally menemukan kebahagiaan,
adalah orang yang kecewa -- meski tak menyesal kakinya lumpuh
karena itu. Di hadapan anak-anak sekolah menengah ia berpidato.
Ia dengan tenang menceritakan, Vietnam yang sesungguhnya
bukanlah Vietnam yang digambarkan dalam film. Di sana hanya ada
neraka. Kepahlawanan hanyalah mimpi.
Luke, setelah menjadi sinis dan kehilangan pegangan, berkat
Sally mendapatkan kembali keseimbangannya. Ia berdiri kokoh
dalam adegan segi tiga: Bob, Sally dan Luke. Pulang dari
mendapat penjelasan dari dua agen FBI tentang penyelewengan
Sally, dengan senjata lengkap berbayonet Bob menemui Sally --
yang sebelumnya telah diberitahu Luke bahwa suaminya telah tahu
perbuatan mereka.
Los Angeles, 1968
Sally menyerah. Ia tak ingin membuat alasan apa pun tentang
penyelewengannya, kecuali kesepian. Tapi banyak orang lain juga
kesepian, dan tidak menyeleweng, hardik Bob. Bob tak tahu bahwa
justru dengan tindakan Sally itu, perempuan ini telah -- untuk
pertama kalinya -- memutuskan sesuatu dengan kemauan sendiri,
dan bukan kemauan suaminya.
Tiba-tiba Luke muncul. Menjelaskan segalanya. Perang, dan bukan
diri merekalah yang sebetulnya bersalah. "Kamu dan aku tahu Bob,
apa yang sesungguhnya terjadi di Vietnam." Pembunuhan perkosaan,
kebiadaban. Karenanya "jangan salahkan istrimu atau dirimu."
Coming Home memang tak memenangkan Oscar -- dikalahkan The Deer
Hunter. Tapi permainan Jane Fonda dan John Voight -- keduanya
mendapat Oscar 1979 sebagai aktris dan aktor terbaik -- menjadi
degup jantungnya. Ditambah lagi dengan irama film yang
bernada rendah, yang dengan bagus memotret kehidupan sehari-hari
di Los Angeles tahun 1968 tanpa menjadi cengeng. Dan tiba-tiba
yang diceritakan film ini bukan lagi Vietnam. Juga bukan
peristiwa. Tapi manusia-manusianya, dan sesuatu yang berubah.
Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini