Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The Cuckoo's Calling
Penulis: Robert Galbraith
Penerjemah: Siska Yuanita
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 520 halaman
Pada Juli 2013, masyarakat pembaca dunia gempar. Ternyata penulis The Cuckoo's Calling adalah J.K. Rowling, yang menyamar menjadi Robert Galbraith. Mereka yang sempat membacanya sudah mencurigai diksi, bangunan karakter, dan penggambaran Kota London dalam novel itu yang terasa akrab. Hanya dalam sekejap, penerbitnya sendiri segera mencetak novel ini dengan jumlah berlipat ganda; dunia perbukuan internasional berlomba-lomba membeli hak penerjemahannya karena menganggap apa pun yang ditulis J.K Rowling pasti akan dilahap pembaca, seperti halnya ketika penggemar Harry Potter rela antre sejak tengah malam untuk mendapatkan buku serial terbarunya.
Desember tahun lalu, Gramedia Pustaka Utama dengan sigap menyambar kesempatan itu setelah Casual Vacancy diterjemahkan penerbit Qanita, imprint Mizan Pustaka.
Setelah identitas Rowling terbuka secara tak sengaja, The Cuckoo's Calling (penerbit Sphere, imprint dari Little, Brown Book) langsung diburu penggemarnya. Dua pekan setelah peluncurannya, novel ini hanya dicetak 1.500 eksemplar, tapi setelah pengakuan itu, penerbitnya mesti mencetak ulang setiap pekan.
Meski ini langkah Rowling pertama di dunia novel detektif yang sangat kompetitif dan ketat itu, sebetulnya tak mengherankan jika akhirnya dia memilih genre ini. Serial Harry Potter juga selalu memiliki elemen detektif: ada yang terbunuh atau ada peristiwa besar; trio Harry-Hermione-Ron menyusuri tanda dan kode; dan pada akhir novel (sebagian) rahasia itu akan terungkap dengan bantuan daya sihir dan kecerdasan anak-anak tersebut.
Dalam Cuckoo's Calling, Rowling kembali kepada tradisi. Tokoh Cormoran Strike tak punya keahlian sihir, tidak ganteng, dan sangat "tidak Hollywood". Rowling tak menggambarkan Strike seperti reserse necis dalam serial detektif televisi kabel. Satu kakinya buntung terkena ranjau sewaktu berdinas di Biro Khusus Tentara Inggris di Afganistan. Humor yang meluncur dari mulutnya hampir selalu sarkastis. Ia selalu murung dan serius karena hampir bangkrut setelah dicampakkan pacar posesifnya yang jelita. Dengan kaki palsu, Strike menyeret-nyeret tubuhnya yang tambun itu sambil mengendus dan mendeteksi kejahatan atau kasus misterius yang tak bisa dipecahkan polisi.
Kejahatan yang harus diungkap Strike dalam novel ini adalah mencari pembunuh Lula Landry, supermodel terkemuka. Tubuh Lula ditemukan membeku di aspal bawah jendela balkon apartemennya pada sebuah Januari yang bersalju. Para penyidik dari Scotland Yard menyimpulkan Lula tewas karena terjun bunuh diri. Tapi John Bristow, kakak tirinya, tak percaya. Berbekal video di hari kematian adiknya yang merekam dua orang yang gerak-geriknya mencurigakan, Bristow menyewa Strike melakukan investigasi ulang hingga pembunuhnya ditemukan.
Dari situlah cerita novel ini bergerak. Rowling meramu penyelidikan Strike atas kematian model yang sedang naik daun ini dengan gaya "memancing sedikit, memunculkan pertanyaan banyak". Fakta bermunculan secara perlahan dan kian mengukuhkan telah terjadi pembunuhan. Seandainya Rowling tak membuka tabir Robert, dia akan disangka penulis baru yang memadukan seluruh gaya bercerita Charles Dickens dan Agatha Christie.
Dickens terkenal karena plot yang mendetail dan padu; Christie pandai menyimpan misteri lewat adegan-adegan yang tak mungkin dilewatkan. Fakta itu muncul selapis demi selapis dan menyeret kita dengan rasa penasaran lapisan itu akan muncul kelak di akhir kisah. Investigasi Strike menjadikan setiap orang yang berhubungan dengan Lula sebagai tersangka pembunuh karena fakta dan kejadian yang dibangun Rowling sama meyakinkannya.
Rowling tidak hanya berhasil dalam membangun plot. Seperti biasa, kita selalu jatuh hati pada karakter ciptaannya. Detektif Strike punya latar belakang unik. Ibunya anggota groupies dan sukarela dihamili bintang rock Inggris terkemuka. Ini membuat Strike tak canggung bergaul di kalangan sosialita, komunitas Lula Landry sebelum tewas. Penghargaan sebagai tentara berdedikasi membuatnya bisa masuk ke Scotland Yard untuk mendapat informasi penting dan akurat. Kakinya yang buntung membuatnya kerap merenungkan fakta sporadis yang ia temukan.
Strike dibantu seorang sekretaris yang cerdas, Robin Ellacott, nama yang jelas diambil dari nama pasangan Batman untuk memberi indikasi bahwa ia akan menjadi sidekick Strike pada sekuel berikutnya (yang konon sudah selesai dan siap diterbitkan). Dari sekadar gadis penerima telepon yang bingung mencari kerja, Robin menjadi partner tangguh bagi Strike. Perannya seperti Lisbeth Salander bagi Mikael Blomkvist dalam The Girl with the Dragon Tattoo atau Adso bagi William of Baskerville dalam The Name of the Rose. Tanpa Robin, Strike tak akan menemukan kesimpulan jitu yang mengaitkan lapisan-lapisan fakta hasil investigasinya.
Meski menggunakan nama samaran, jejak J.K. Rowling tetap terasa: penggunaan nama-nama unik dengan aliterasi, yaitu dengan huruf awal yang sama, seperti Luna Lovegood dalam serial Harry Potter dan kini Lula Landry dalam The Cuckoo's Calling. Juga kecenderungan Rowling yang selalu menampilkan romansa seminim mungkin. Bahasa dan diksi yang digunakan sungguh sederhana, tapi tetap menggunakan metafora dan simbol.
Saat terjemahan novel ini diluncurkan bulan lalu, dengan judul Dekut Burung Kukuk, timbul pertanyaan dari wartawan karena "Cuckoo" juga merupakan nama panggilan kawan dekat Lula Landry terhadap sang model.
"Betul. Tapi judul ini memberikan multitafsir. Bukan hanya nama panggilan terhadap Lula Landry, sang korban dalam novel ini, tapi juga menggambarkan perilaku burung kukuk, yang setelah bertelur menitipkan telurnya ke sarang burung lain. Itu simbol kehidupan Lula sebagai anak angkat," kata Siska Yuanita, sang penerjemah. Dalam cerita ini, Lula adalah seorang putri yang lahir di luar nikah, dibuang sang ibu, dan diangkat oleh keluarga kaya raya Inggris.
Lula Landry, si pemeran utama yang kita kenal melalui penjelasan berbagai narasumber yang diwawancarai detektif, adalah supermodel penderita bipolar yang di masa lalunya menjadi pecandu narkoba.
Novel ini kian renyah karena penuh referensi yang asyik. Tempat-tempat yang muncul adalah landmark London yang terkenal: taksi hitam, bus tingkat, stasiun bawah tanah yang sibuk, Piccadilly Circus, bar-bar di sekitar Trafalgar Square.
Dan segala faset, fakta, dialog yang efektif, serta plot yang terjaga sejak awal itu melumer di bagian akhir. Rowling mengakhiri kisahnya atau menutup investigasi Strike dengan gaya dia menutup setiap seri Harry Potter: dengan monolog panjang Strike menguarkan hasil investigasinya, menautkan fakta-fakta yang ia temukan, di depan pembunuh Lula. Meski pelaku itu punya motif masuk akal dan tak terduga, teknik berceramah tersebut menggoyahkan kekokohan cerita Rowling yang kompleks ini. Untuk novel serial semua umur seperti Harry Potter, gaya seperti ini tentu saja bisa dipahami. Tapi Rowling sudah masuk ke dunia dewasa seperti yang dia lakukan dalam novel Casual Vacancy. Banyak hal yang seharusnya tak perlu dijelas-jelaskan dan ditumpuk pada bab akhir.
Untung saja, setelah berpanjang-panjang dengan monolog "whodunnit", Rowling kembali pada keunikannya menyelesaikan adegan: Cormoran Strike, dengan kaki palsu dicopot, celentang menatap langit-langit. Adegan itu, nyaris puitik, sungguh sedih sekaligus indah.
Bagja Hidayat, Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo