Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Planet Peradaban Jungkir Balik

Tim Burton membuat ulang Planet of the Apes. Hasilnya lumayan, tapi tata rias sangat cemerlang.

12 Agustus 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Planet of the Apes Sutradara : Tim Burton Skenario : William Broyles, Lawrence Konner, dan Mark Rosenthal Pemain : Mark Wahlberg, Tim Roth, Helena Bonham Carter Produksi : 20th Century Fox, 2001 MAKHLUK termulia adalah manusia. Kitab suci pun menyebutkan begitu. Lantas, bagaimana bila di satu tempat homo sapiens ini harus terjungkir jadi budak golongan primata? Tentu saja itu sebuah kepahitan. Alkisah, Kapten Leo Davidson (Mark Wahlberg) kesasar di sebuah planet yang punya peradaban seperti ini. Kera-kera bicara dan begitu perkasa. Ada Jenderal Thade (Tim Roth), yang begitu menakutkan. Ada pula Ari (Helena Bonham Carter), kera wanita yang simpatik dan menawan (untuk ukuran kera, tentu saja). Davidson, yang terlatih dalam pendidikan militer, tak bisa berlama-lama hidup di bawah dominasi para kera. Ia pun berontak. Bagian awal film Planet of the Apes karya Tim Burton ini begitu menjanjikan. Gambar kuat, fondasi cerita menggelitik, serta taburan komedi khas Burton di sana-sini. Namun, sayangnya, film ini tergelincir dalam separuh terakhir. Tidak jelas lagi apakah film ini ingin setia sebagai satire budaya seperti yang dimaksudkan Pierre Boulle dalam novel klasiknya ataukah ingin jadi film laga semata. Sebagai satire, film ini kurang menukik, sementara adegan laganya juga terlalu lembek. Untungnya, film ini tertolong oleh akting para pemainnya. Namun, elemen paling kuat dalam film ini adalah tata rias yang dikerjakan Rick Baker, pemenang lima Piala Oscar, salah satunya untuk film Nutty Professor 2. Lewat kerja Baker, mimik asli aktor masih bisa dikenali sekalipun tertutup riasan supertebal. Secara keseluruhan, Planet, yang lahir dari seorang sutradara yang pernah menuturkan dongeng indah Edward Scissorhands, Batman, dan Sleepy Hollow ini, sedikit mengecewakan. Burton terlihat tak ingin sekadar membuat remake film asli yang dirilis tahun 1968. Namun tafsir ulangnya tidak meyakinkan. Misalnya asal-muasal kaum monyet di planet tersebut. Kisah cinta segi tiga Davidson, Ari, dan Daena (Estella Warren) terlihat menggelikan. Akhir film ini juga nonsense dan jelas-jelas digarap untuk bangunan awal sekuel berikutnya. Dari sisi komersial, pilihan ini tak salah karena film itu terbukti mampu menghasilkan US$ 130 juta dalam dua minggu peredarannya di Amerika Utara. Siapa yang bisa menyalahkan Hollywood, yang dipenuhi "homo commercialus" ini? Yusi A. Pareanom

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus