Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

Profil Pabrik Gula Gondang Winangoen Lokasi Syuting Film Pabrik Gula

Berikut asal-usul Pabrik Gula Gondang Winangoen di Kabupaten Klaten, yang menjadi lokasi syuting film horor Pabrik Gula.

8 April 2025 | 13.25 WIB

Film Pabrik Gula. ANTARA
Perbesar
Film Pabrik Gula. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Film horor Pabrik Gula yang baru-baru ini menghiasi layar lebar tanah air sukses menarik perhatian para pecinta film. Tak hanya karena alur ceritanya yang mencekam dan atmosfer horornya yang kental, film ini juga menyita perhatian publik berkat latar tempat yang digunakan sebagai lokasi syuting.

Salah satu lokasi paling ikonik dalam film tersebut adalah Pabrik Gula Gondang Winangoen, sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Di balik nuansa angker yang diangkat dalam film, Pabrik Gula Gondang Winangoen sejatinya menyimpan jejak sejarah panjang tentang kejayaan industri gula di masa lalu. Tak hanya berperan sebagai pabrik pengolahan tebu, tempat ini juga menjadi saksi bisu geliat ekonomi Hindia Belanda hingga era modern, sebelum akhirnya bertransformasi menjadi destinasi wisata.

Sejarah Pabrik Gula Gondang Winangoen

Berdiri kokoh di tepi Jalan Yogya-Solo kilometer 55, tepatnya di Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Pabrik Gula Gondang Winangoen merupakan salah satu pabrik gula tertua di Indonesia. Pabrik ini didirikan pada tahun 1860 oleh perusahaan kolonial Belanda bernama NV Klatensche Cultuur Maatschappij, yang berbasis di Amsterdam. Pengelolaan pabrik ini kemudian dilanjutkan oleh NV Mirandolle Vaut & Co, sebuah perusahaan dagang yang berkedudukan di Semarang.

Dikutip dari laman Kemendikbud dan Undip, selama lebih dari satu abad, Gondang Winangoen aktif beroperasi sebagai salah satu sentra pengolahan tebu menjadi gula, hingga akhirnya kegiatan produksi resmi dihentikan pada tahun 2017. Meski mesin-mesin penggiling tak lagi berdentum, kehidupan dan makna dari bangunan ini tidak serta merta berakhir.

Pada tahun 2009, kawasan pabrik dialihfungsikan menjadi Agro Wisata Gondang Winangoen, sebuah kompleks wisata berbasis edukasi dan rekreasi yang tetap mempertahankan karakter asli bangunan kolonial Belanda. Alih fungsi ini berhasil menghidupkan kembali kawasan pabrik sebagai ruang publik yang terbuka untuk masyarakat luas, tanpa menghapus nilai historis yang melekat erat di setiap sudutnya.

Salah satu daya tarik utama kawasan ini adalah Museum Gula Jawa Tengah. Museum ini diresmikan pada 11 September 1982 atas inisiatif Gubernur Jawa Tengah saat itu, H. Soepardjo Roestam, dengan dukungan Direktur Utama PTP XV-XVI (Persero), Ir. Waryatmo. Bertempat di bangunan bekas rumah kolonial yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal administratur pabrik, museum ini memiliki koleksi yang kaya dan autentik.

Di dalamnya, pengunjung dapat menyaksikan berbagai peralatan dan artefak bersejarah yang digunakan dalam proses pembuatan gula, mulai dari mesin uap buatan Prancis tahun 1884 hingga berbagai alat pertanian kuno seperti garpu, sabit, pacul, dan lempak. Terdapat pula diorama proses produksi gula dan perkebunan tebu, serta dokumentasi foto-foto aktivitas pabrik sejak awal abad ke-20 yang seolah mengajak pengunjung kembali ke masa lalu.

Tidak hanya alat produksi, museum ini juga menyimpan koleksi peralatan komunikasi klasik seperti mesin ketik dan mesin hitung, yang menunjukkan bagaimana teknologi masa lalu turut mendukung jalannya aktivitas industri di masa kolonial.

Pilihan Editor: Film Pabrik Gula dalam 4 Hari Tembus 1 Juta Penonton, Berikut Sinopsisnya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus