Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Puisi 'Pantomim Istana Nenek Moyang' dan 'Setelah Membaca Vegetarian'

Penyair Aceh L.K. Ara dan Listio Wulan Nurmutaqin dari Brebes menulis puisi yang disiarkan di berbagai media.

18 Januari 2025 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Alvin Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Puisi 'Pantomim Istana Nenek Moyang' karya LK Ara

  • Puisi 'Setelah Membaca Vegetarian' karya Listio Wulan Nurmutaqin

  • LK Ara dan Listio Wulan Nurmutaqin menyiarkan puisi di berbagai media. 

RUANG puisi pekan ini menampilkan puisi 'Pantomim Istana Nenek Moyang' karya LK Ara dan 'Setelah Membaca Vegetarian' karya Listio Wulan Nurmutaqin. L.K. Ara adalah penyair senior kelahiran Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LK Ara telah menerbitkan banyak buku puisi, esai, dan ensiklopedi. Sambil menulis, Ara mengelola Rumah Didong di Takengon dan kanal YouTube-nya. Pada November 2024, ia meluncurkan buku puisi dwibahasa Inggris-Indonesia, A Woman from Lampadang (Wanita dari Lampadang).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Listio Wulan Nurmutaqin adalah penulis asal Brebes, Jawa Tengah yang menetap di Bekasi. Dia aktif berkarya di berbagai media cetak dan daring. Puisinya terhimpun dalam 1 Abad Chairil Anwar (2022) dan terpilih di Payakumbuh Poetry Festival 2024. Buku puisinya berjudul Tokoh Utama  (2023).

L.K. Ara

Pantomim Istana Nenek Moyang

Aku kembali, ke tanah yang menghidupkan kenangan,
Mendale, yang dulu hanya jalan setapak,
Kini menjadi istana nenek moyangku.
Di bawah bayang pohon tusam,
Aku berdiri, tak tahu harus berkata apa,
Namun mataku menangis,
Air mata yang tidak bisa kutahan,
Karena aku menemukan kembali apa yang telah hilang.

Aku mulai menari,
Gerak tubuhku menjadi bahasa,
Tangan yang bergetar melukis udara,
Mengikuti irama yang datang dari masa lalu,
Setiap gerakan adalah pujian,
Setiap langkah adalah penghormatan,
Pada tanah yang membesarkanku.

Wajahku dihiasi debu goa,
Kotor, namun penuh makna,
Seperti jejak sejarah yang tidak akan pudar,
Seperti air mata yang jatuh,
Menyatu dengan air goa,
Menyatukan diri dalam hening dan kenangan.

Aku bukan lagi anak kecil yang dulu,
Aku adalah cerita yang lahir dari tanah ini,
Menari dalam diam,
Menantikan setiap bisikan yang datang dari kedalaman,
Menanti untuk mengerti lebih dalam,
Bahwa aku adalah bagian dari Mendale yang abadi.

Dan akhirnya,
Kukembangkan tangan ini,
Seperti sayap yang menemukan arah pulang,
Suaraku bergema, memecah sunyi:
“Aku anakmu, pulang.”

Mendale menjawab dengan angin lembut,
Seperti pelukan yang tak pernah terlupa,
Menyambutku kembali ke pangkuannya,
Seakan berkata,
“Kau tak pernah benar-benar pergi.”

Mendale, 2024

***

Listio Wulan Nurmutaqin

Setelah Membaca Vegetarian

                                : Young Hye 

Tubuhku tanah—
Retak, menghirup akar
Yang mencakar bayangan.
Mimpi-mimpi gugur
Sebelum sempat bernapas.

Aku menanggalkan dagingku—
Bukan dosa, hanya daun layu,
Nama yang melekat seperti jerat,
Menjadi gema yang mengunci udara.

Aku ingin jadi pohon—
Tanpa musim, tanpa luka,
Akar memeluk sepi,
Ranting menyentuh langit
Tanpa takut runtuh.

Namun, tangan-tangan batu menggali,
Tulangku berderak seperti kaca,
Daging kembali ke meja
Di mana malam kehilangan arah.

Di cermin, bayangan tersenyum:
Mata penuh retakan,
Mulut berbisik,
“Kau ranting patah,
Bukan pohon.”

Aku berlari menuju sepi,
Daun-daun tak bernama mekar,
Tanah menelan sisa tubuhku.

Di ujung, aku melihat diriku—
Udara yang tak teraba,
Karena menjadi pohon adalah abadi,
Dan menjadi manusia adalah luka
Yang tak pernah selesai.

Bekasi, 2025

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
LK Ara

LK Ara

Seorang sastrawan yang telah menerbitkan banyak buku puisi, esai, hingga ensiklopedi. Ia mengelola Rumah Didong di Takengon, Aceh Tengah.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus