Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Put On, Orang Biasa

Tokoh kartun put on, kho wan gie, meninggal dunia. pertama kali muncul di surat kabar lin po, 2 agustus 1930. kini ada pasikom, keong mat karyo dll. (sr)

14 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TOKOH "Yang Selalu Gagal" tak lagi akan muncul. Bersama meninggalnya Kho Wan Gie, Rabu pekan lalu, tokoh kartun Put On (bahasa Hokian, artinya yang selalu gagal) ciptaan Kho bisa dipastikan tak lagi akan ada yang melanjutkan. Demikianlah agaknya nasib tokoh kartun Indonesia: hilang bersama meninggalnya si pencipta. Padahal Put On telah menghibur pembacanya dengan segala nasib malangnya. Pertama kali ia muncul (belum jelas-jelas bernama Put On) di surat kabar Sin Po, 2 Agustus 1930, naik sepeda. Tapi dasar Put On, matanya meleng lihat cewek cakep. Sepeda nyelonong, nabrak tukang jual es keliling. Di koran itu Put On muncul seminggu sekali, sampai koran itu ditutup tatkala Jepang menduduki Hindia-Belanda. Di zaman Indonesia merdeka Put On kembali muncul di Sin Po yang terbit lagi, kemudian di majalah Pantjawarna. Tetap seperti semula: sebagai orang awam, tak tahu-menahu soal poleksosbud, dan tetap saja bernasib malang. Toh, bagi orang pers kali itu, kartun Put On begitu populer. Bahkan tokoh kartun di Star Weekly, A Piao, kalah pamor. Mungkin ini disebabkan Put On, kalau benar, merupakan tokoh kartun Indonesia yang pertama. Yang terang Kho Wan Gie bukan tukang gambar sembarangan. Meski orang kelahiran Indramayu 1908 itu tak jelas pendidikan melukisnya, konon cuma ikut kursus tertulis dari Amerika Serikat, si Put On tampil pertama kali dengan garis yang memikat. Secara anatomis gambar Kho tidak kaku. Dalam posisi bagaimana saja -- Put On naik sepeda, terjungkal, marah, lari ketakutan dikejar anjing, sedang merayu cewek, atau menari kegirangan mengikuti musik dari radio -- ia tampak pas dan meyakinkan. Dengan kalimat lain, tokohnya yang gendut, berwajah bloon dengan rambut sering acak-acakan itu, menjadi khas. Dari muka, samping, dan belakang, orang gampang mengenal Put On. Tapi ditutupnya Pantjawarna menjelang lahirnya zaman Orde Baru, membuka babak baru bagi Put On. Muncul kembalinya tokoh itu di Ria Film, di Varia Nada, di Ria Remaja (majalah-majalah hiburan) tak lagi penuh gairah. Bahkan kadang-kadang ia ganti nama: si Lemot, misalnya. Garisnya memang makin rapi, dan dandanannya pun lebih parlente ketimbang dulu. Ada kecenderungan Kho mengikuti gaya para kartunis baru kita (G.M. Sudarta dan Pramono, misalnya) yang menggaris dengan rapi. Tapi dengan begitu justru ekspresi Put On jadi menurun. Mungkin juga Put On sudah saatnya mundur. Kecenderungan kartun kini agaknya asing bagi penciptanya. Ialah, membawakan tema-tema yang berkaitan dengan berita yang lagi hangat. Ini misalnya dilakukan oleh tokoh Keong di harian Sinar Harapan, ciptaan Pramono. Atau juga Pasikom di Kompas ciptaan G.M. Sudarta. Begitu juga tokoh Mat Karyo di harian Suara Karya yang digambar oleh Bambang Sugeng, meski kadang-kadang Mat Karyo muncul dengan lelucon biasa. Yang lebih dekat dengan Put On adalah tokoh Bung Joni di Berita Buana yang dilukis oleh Johny Hidayat. Tapi Johny, lebih dari Kho, humornya tak terletak pada gambar. Tapi kata-kata. Hanya, entah mengapa, tokoh-tokoh kartun kita di zaman Orde Baru kurang semarak. Mat Karyo terlalu sering tidak lucu, sementara Bung Johny cuma suaranya yang keras dan sering klise. Eksperimen baru Arswendo dan G.M. Sudarta di Kompas Minggu, tokoh Oom Jack, kekhasannya belum muncul benar. Dan kartunis Dwi Koen yang juga selalu muncul di Kompas Minggu dengan Panji Komingnya, sering humornya tenggelam oleh misi yang dititipkan. Pun tokoh Pasikom dan Keong. Selain Bung Joni, tokoh-tokoh yang lain itu seperti hendak bersaing dengan berita-berita halaman satu. Padahal mungkin itu tidak perlu. Bila Put On di tahun 1950-an dicintai pembaca mungkin justru karena ia mewakili berjuta orang biasa, yang "tak punya nama" seperti Kho, bapak 8 anak dan kakek 14 cucu itu sendiri. Put On mengingatkan tokoh kartun Mas Klombrot di majalah berbahasa Jawa Panyebar Semangat -- yang dulu juga populer dan kini menghilang. Barangkali karena tokoh-tokoh kartun kini cenderung menjadi sophisticated. Padahal kita merindukan Put On-Put On baru. Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus