ISLAM, KEBEBASAN, DAN PERUBAHAN SOSIAL: Sebuah Bunga Rampai Filsafat Penyunting: Drs. Musa Asy'arie Penerbit: Sinar Harapan, Jakarta, 1986, 151 halaman ASUMSI buku ini ialah bahwa tradisi filsafat di kalangan umat Islam tidak berkembang. Barangkali ini dipengaruhi oleh sejarah masuknya Islam ke Indonesia, yang lebih bercorak mistik sembari menekankan aspek fiqih. Pengaruh ini ternyata masih mengganjal dalam kehidupan umat Islam di Indonesia dewasa ini. Termasuk cara berpikir para tokoh Islam sendiri. Secara gamblang, Asy'arie melihat bahwa emosi umat Islam lebih terusik bila melihat pelanggaran norma agama atau penghinaan terhadap benda yang disucikan agama, ketimbang melihat realitas kemiskinan dan kebodohan yang masih menggeluti umat Islam. Secara tragis, tampaknya, kemiskinan dan kebodohan tak dipandang sebagai ancaman bagi Islam. Untuk menghadapi tantangan itulah, maka diundang beberapa ahli mengkaji secara kritis -- dengan kaca mata filsafat, tentu persoalan di atas. Drs. Sindhunata, yang menulis "Otonomi Manusia dan Belenggu Formalisme Agama", melihat bahwa dalam zaman modern ini, otonomi manusia sudah menjadi berhala. Ia kemudian mempertanyakan, "Bersediakah manusia mematahkan belenggu otonomi dirinya?" Kalaupun bersedia menyerahkan otonominya kepada rahasia Illahi, kesediaan tadi barangkali lebih merupakan omongan di bibir saja. "Suatu pengakuan yang formal belaka," tulisnya. Drs. Simuh, yang menulis "Tasawuf Al Ghazali dan Pengembangan Agama", menguraikan konsep Ghazali yang berusaha menerobos kebuntuan akibat formalisasi lembaga agama dengan tasawuf. Namun, dalam perkembangannya, tasawuf, menurut Simuh, bagaikan mengobati si sakit dengan pil yang berlebihan. "Untuk sementara, penyakit formalisme memang cepat dapat disembuhkan dan jadi sehat. Namun, lama-kelamaan pil yang berlebihan itu menjadi racun," ujar Simuh. Dr. Kuntowidjojo dalam buku ini menulis tentang transformasi sosial menuju masyarakat industri, yang merupakan hukum Tuhan. Proses ini, katanya, sudah diisyaratkan dalam Quran. Sebab, "Dengan industri, peradaban besar dapat dibangun," tulisnya. Karena itu, masyarakat Islam perlu mendefinisikan tugas Islam sebagai nilai-nilai agama. Makalah Kuntowidjojo berjudul "Masyarakat Islam dalam Proses Industrialisasi". Buku ini, yang merupakan hasil kumpulan makalah dari diskusi kelompok pengkajian filsafat IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, memang tidak membuat pembaca berkerut dahi. Tapi juga bukan bacaan ringan. Ahmed K. Soeriawidjaja
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini