Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-nico j. tampi

Pengarang : bert supit jakarta : sinar harapan, 1986. (bk)

6 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MINAHASA: DARI AMANAT WATU PINAWETENGAN SAMPAI GELORA MINAWANUA Oleh: Bert Supit Penerbit: Sinar Harapan, Jakarta, 1986, 226 halaman PADA suatu hari di pantai barat Pegunungan Wulur Mahatus terdampar sebuah batu karang. Hawa panas pantai membuat batu karang itu mengeluarkan peluh, dan dari peluh itulah terciptalah seorang wanita cantik. Wanita itu kemudian dikenal de ngan nama Lumimuut -- artinya, gadis yang berkeringat (limuut = keringat). Lumimuut dikawinkan dengan Toar oleh Karema, seorang pemimpin agama. Toar sebenarnya adalah putra Lumimuut. Dari mereka berdualah muncul keturunan yang kemudian mendiami dan menguasai Minahasa. Cerita ini merupakan cuplikan legenda orang Minahasa, yang hingga sekarang masih merupakan bahan acuan bagi cerita-cerita sejarah asal-usul orang Minahasa. Di awal uraian buku ini dikemukakan beberapa versi cerita tentang Toar dan Lumimuut. Antara lain dikisahkan bahwa keturunan mereka merupakan cikal bakal orang Minahasa, yang menyebar dan menempati seluruh pelosok Minahasa berdasarkan hasil musyawarah. Tempat diadakannya musyawarah itu kemudian dikenal dengan nama Watu pinawetengan in nuwu (Batu tempat pembagian sesuai dengan amanat). Dr. G.S.S.J. Ratulangie pernah menyampaikan pendapatnya tentang batu tersebut. Dikatakannya, "Tidak perlu melakukan tinjauan yang tidak pasti berdasarkan kisah-kisah yang diteruskan secara turun-temurun, tetapi kita dapat mengecualikan kisah tentang watu tersebut..., karena gambar-gambar yang tertulis di atas batu tersebut merupakan meterai pembagian yang akan berlaku sepanjang masa." Rangkaian usaha Supit menampilkan data historis yang otentik terlihat dari daftar literatur atau bahan bacaan yang cukup banyak dipakai sebagai acuan. Sehingga penyajiannya kaya informasi, dan dapat memberikan kejelasan penguraian sejarah Minahasa, yang dimulai dari masa prasejarah hingga Perang Tondano 1808-1809. Kekurangan buku ini adalah tidak tersedianya daftar kata dari bahasa daerah dan penjelasannya. Sebab, cukup sering Supit menggunakan istilah dalam bahasa daerah tetapi jarang yang disertai artinya. Nico Tampi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus