SOGO SHOSHA Oleh: Alexander K Young Penerbit: Sang Saka Gotra, Jakarta, 1985, 292 halaman SEHABIS membaca buku ini timbul pertanyaan: "Kalau Jepang dulu sama seperti Indonesia dalam hal memandang rendah kaum pedagang mengapa bangsa itu sekarang bisa menguasai pasar internasional dan kita tetap pada status anak bawang?" Buku ini tidak menawarkan jawaban telak. Sogo Shosha - persatuan perdagangan Jepang yang malang melintang di pasar internasional itu - dikupas dalam delapan bab, lengkap dengan tabel, angka, dan data. Di situ pembaca kira-kira dapat membayangkan betapa luas jangkauan Sogo Shosha, betapa sukses dan betapa hebat. Yang tidak jelas ialah bagaimana sukses itu bisa dicapai. Rumus keberhasilan memang bertaburan dalam buku ini, tapi bagaimana Sogo Shosha menerapkan rumus-rumusnya hampir sama sekali tidak terungkapkan. Tapi Sayidiman Suryohadiprojo (bekas dubes Indonesia di Jepang & gubernur Lemhanas) dalam kata pengantarnya berpendapat "banyak yang dapat kita pelajari dari Sogo Shosha" apalagi jika Indonesla bertujuan "menggarap pasar luar negeri". Letjen purnawirawan yang sekarang aktif sebagai penasihat menristek ini menegaskan bahwa ada satu hal penting yang luput, yakni cara Sogo Shosha membina personilnya. Sebagai perusahaan yang lebih banyak bergerak di bidang jasa, Sogo Shosha tentu saja memanfaatkan otak-otak terbaik, yang lebih dulu mereka cetak menjadi eksekutif terbaik. Proses pencetakan disinggung sekilas oleh penulis buku ini, tapi sangat tidak memadal untuk dijadikan pedoman. Dengan demikian, salah satu kunci rahasia sukses Sogo Shosha masih tertutup untuk kita. Di pihak lain Abdul Latief (dirut Pasaraya Sarinah Jaya) lewat kata pengantarnya membandingkan konsep pemasaran yang dianut Sogo Shosha dengan praktek dagang di sini yang bersemangat spckulasi dan manipulasi. Sebagai tokoh yang sangat menyadari kelemahan Indonesla di bidang markettng, Latlef menandaskan, tidak ada salahnya mendalami Sogo Shosha sebelum kita, misalnya, membentuk trading hotse. Sogo Shosha adalah kelompok 10 perusahaan perdagangan yang pada mulanya berasal dari perusahaan keluarga. Sebagai salah satu produk Era Meiji (1862), mereka membina hubungan yang kuat dengan pemerintah dan dituntut untuk mengutamakan kepentingan bangsanya. Sesudah krisis minyak dan Jepang memasuki masa pertumbuhan ekonomi lambat, Sogo Shosha cepat menyesuaikan diri. Mereka berperan sebagai perantara tepercaya untuk transaksi besar antarnegara. Mereka mengekspor serbuk besi AS ke RRC, mengekspor pupuk urea Rumania ke Bangladesh, membangun instalasi pengolahan air laut menjadi air tawar di Arab Saudi, dan pernah mengurus tanur untuk instalasi pabrik ethylene di Rumania. Dengan 61.000 karyawan tersebar di seluruh dunia, tampaknya tidak ada yang mustahil bagi Sogo Shosha. Produk Jepang merajai pasaran dunia berkat jasanya, dan kini sesudah masa keemasan itu lewat, ia tetap berperan dalam jual beli apa saja di dunia internasional, dan semuanya dalam skala besar. Dan itu berkat pola kerja yang kreatif dan efisien yang bertolak belakang dengan praktek spekulasi, manipulasi, dan koneksi seperti kita kenal di sini. Isma Sawitri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini