DAKWAH ISLAM DAN MISSI KRISTEN (Sebuah Dialog International) Oleh: Prof. Dr. Khursyid Ahmad, dkk. Penerbit: Risalah, Bandung, 1984, 176 halaman INI rangkuman sebuah dialog di Chambesy (Swiss) pada 1976 yang mencoba merumuskan hubungan baik antara Islam dan Kristen, dua agama besar yang lahir dan tumbuh di Timur Tengah. Dua tokoh Indonesia ikut serta di sini: Prof. Dr. H.M. Rasjidi dan Prof. Dr. Ihromi. Ihromi, yang melukiskan perasaan Kristen Indonesia pada pertemuan itu, mengatakan, "Kami di Indonesia merasakan sangat frustrasi vang timbul karena rasa asing yang mendalam antara kaum Muslimin dan kaum Kristen. Umat Kristen di Indonesia selalu diidentifikasikan sebagai suatu boneka daripada dianggap sebagai warga negara Indonesia. Sebagai orang Indonesia, seperti halnya kami memandang saudara-saudara kami kaum Muslimin sebagai orang Indonesia, suatu kewarganegaraan tunggal yang ideal, bersifat umum, dan hak yang sama bagi setiap orang sebagai warga negara dari suatu negara. Rasjidi, menteri agama pertama RI itu, mengatakan, "Jika umat Islam menghendaki sistem sosial politiknya dan hidup kerja sama harus diorganisir berdasarkan hukum agama, mengapa tidak bisa diterima kaum Kristen? Kristen selalu menggunakan setiap kelicikan untuk melihat bahwa hukum sekulerlah yang menang, yang bagi umat Islam pada hakikatnya berarti de-Islamisasi dari kehidupan kolektif. Jika ini adalah modernisasi, maka kami sebagai Muslim memandangnya sebagai suatu bentuk neokolonialisme orang Barat, telah gagal untuk dapat melihat cahaya kebenaran kami. Itulah sebuah gambaran dalam dialog sarat pada pertemuan itu. Kesimpulan yang dituangkan antara lain, perlunya hidup berdampingan dan memberi penghargaan terhadap masing-masing keyakinan dan tak mencoba untuk memaksakan keyakinan kepada orang yang telah memiliki keyakinan tersendiri. Tokoh-tokoh lain yang ikut serta dalam pertemuan ini: Khursyid Ahmad, Uskup Kenneth Cragg, Dr. Ismail Al Faruq, Pendeta Michel Fitzgerald, Prof. Joseph Hajjar, A. Arfan, David Kerr, Ali Muhsin Barmawi, Istiaq Quraishi, Bishop Arne Rudvin, Dr. Subhi Saleh, dan Lamin Sanneh. Mustafa Helmy
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini