Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-lian lubis

Pengarang: adam malik jakarta: leppenas, 1984. (bk)

29 Desember 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMUA BISA DIATUR Untaian Wicara Adam Malik 1983-1984 Oleh: Adam Malik Penerbit: Leppenas, 1984, 247 halaman SELAMA 387 - hari, setelah melepaskan jabatan wakil presiden, Adam Malik memberikan 20 ceramah di delapan kota: JakarIa, Bandung, Medan, Penang, Johor Baharu, Kuala Lumpur, Hong Kong, dan Tokyo. Ditambah perjalanan ke berbagai kota itu, ini sungguh kegiatan luar biasa bagi tubuh yang diam-diam dikunyah kanker hati Semua ceramah itu terhimpun dalam buku ini, dengan kesalahan cetak lumayan banyak, dan kesan tidak adanya penyuntingan yang ketat. Tema ceramah rupa-rupa, tetapi pada dasarnya bisa dikelompokkan ke dalam topik pembangunan, lingkungan, dialog Utara-Selatan, serta profesi dan perjuangan. Adapun pers, dunia yang digeluti si Bung secara bertumpang tindlh dengan kariernya sebagai diplomar dan negarawan, hanya sekali mendapat tempat. Buku ini bisa menjadi semacam kacabenggala bagi perkembangan terakhir pemikiran Adam Malik, insan politik yang kaya gaya dan kiat. Juwono Sudarsono, dalam Kata Pengantar, menyebut Adam sebagai, ' . .. orang pengalaman dan orang yang berpengetahuan. Suatu gabungan dan paduan naluri yang amat jarang dimiliki kaum cendekiawan. Di samping semangat "kepercayaan paakekuatan rakyat", keyakinan pada "kepemimpinan yang berakhlak", dan "optimisme akan masa depan", rangkaian ceramah ini juga menyiratkan apologi si Bung, yang "menerima dengan ikhlas" bila dinilai sebagai wakil presiden tidak banyak berbuat untuk "lebih mendekatkan kita kepada cita-cita rakyat" (halaman 25). Meskipun, katanya pada bagian lain, "Seharusnya yang saya kerjakan sebagai wakil presiden, mcmang hanya udur, dan itu sah menurut UUD '45 . . . " (halaman 64). Lalu mengapa, seolah-olah, si Bung menjadi lebih galak terutama pada bulan-bulan terakhir sisa hayamya? Semacam sindrom purnakuasa? Keadaan tidak menjadi pejabat, kata Adam, "Memberikan kebebasan lebih banyak bagi saya untuk berbuat bagi rakyat tanpa dlbatasl oleh ketentuan-ketentuan yang sifamya protokoler." Dia memang mungkin orang tcrakhir dari sisa "zaman perjuangan" yang tetap survive, segar, dan enak dikutip. Kalaupun ada komentarnya yang menjadi tidak konsisten dalam urutan waktu, Adam sudah lebih dulu berkelit dengan jurus "semua bisa diatur" yang diambil sebagai judul buku ini. Ditaburi gambar yang dipetik dari Indonesla 1967-1980 (G.M. Sudharta) dan Karikatur-Karikatur 1970-1981 (Pramono), buku ini cukup layak dibaca, terutama bagi mereka yang ingln memperkaya perpustakaannya dengan catatan perjalanan politik bangsa. Lian Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus