Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-surasono

Pengarang: muhammad'athiyyah al abrasyiy jakarta: pustaka jaya, 1985. (bk)

17 Agustus 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEAGUNGAN MUHAMMAD RASULULLAH Oleh: Muhammad 'Athiyyah Al Abrasyiy Penerbit: Pustaka Jaya, Jakarta, 1985, 421 halaman LEWAT buku Keagungan Muhammad Rasulullah (judul asli: 'Adhamatur Rasul), Muhammad 'Athiyyah Al Abrasyiy seperti hendak menggenapi, atau mencoba meyakinkan kita, bahwa Nabi Muhammad saw memang patut menjadi panutan. Bukan hanya setelah diangkat menjadi rasul. Kaum Quraisy menjulukinya Al Amin, orang yang terpercaya. Antara lain karena dalam usia yang masih muda Muhammad sudah bisa menempatkan diri dalam percaturan para ketua suku. Di antaranya, ketika orang-orang Quraisy bertengkar dan hampir sama-sama mengangkat senjata, karena berebut untuk meletakkan kembali Hajar Aswad di tempat semula. Waktu itu, Muhammad mengambil jalan tengah. Ia mengambil sepotong kain. Hajar Aswad - batu yang disucikan - diletakkan di tengahnya. Keempat tetua suku yang bersengketa dipersilakan memegangi ujung kain, dan berjalan bersama. Muhammadlah yang kemudian meletakkan Hajar Aswad itu ke tempatnya semula. Keagungan Muhammad terlihat pula dalam tingkah laku sehari-hari. Bagaimana ia menghargai orang lain dan berlaku santun terhadap musuh, teramat sabar dan dermawan dalam ketiadaan harta yang dimilikinya. Yang juga menjadi perhatian pengarang adalah bahwa Muhammad sangat menghormati dan menjunjung tinggi harkat kaum wanita. Ada empat bab - dari 13 bab -yang membahas soal ini, termasuk poligami. Memang benar bahwa Muhammad pernah menikah lebih dari satu kali. Tetapi, hal itu dilakukan bukan semata untuk kesenangan duniawi. Setelah Sitti Khadijah, istri pertama yang mendampinginya cukup lama, wafat barulah Muhammad menikah lagi. Itu pun bukan dengan gadis - kecuali Aisyah - melainkan dengan wanita yang telah berumur, yang menjadi janda karena suaminya tewas di medan perang. Atau, kalau tidak, perkawinan itu bersifat politis: agar kerabat atau suku dari mana si wanita itu berasal mau memeluk Islam. Isi buku yang diterjemahkan Muhammad Tohir dan Abulaila ini memang tidak sama sekali baru. Hampir semua masalah atau kejadian yang diketengahkan, boleh dibilang, sudah diketahui umat Islam pada umumnya. Apalagi bagi yang gemar membaca buku-buku agama. Yang menarik, buku ini telah diterjemahkan secara populer dengan bahasa yang mudah dipahami, meski di sana-sini banyak juga dijumpai kalimat yang agak membingungkan. Juga, pembahasannya terasa tak cukup mendalam (terutama bila dibandingkan dengan buku Sejarah Hidup Muhammad karangan Heikal, misalnya) sehingga buku ini mungkin cocok untuk bacaan remaja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus