Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Film Gangubai Kathiawadi bercerita tentang pelacur yang menjadi aktivis politik.
Film ini kisah nyata Ganga Harjivandas yang dijual suaminya menjadi pelacur pada 1960-an.
Berhasil meluluhkan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru agar tempat pelacuran tak dipindahkan menjadi sekolah.
DIA sebetulnya nyelip sebagai satu dari 13 profil perempuan berpengaruh di India dalam buku Mafia Queens of Mumbai yang ditulis jurnalis Hussain Zaidi pada 2011. Tapi sutradara Sanjay Leela Bhansali memilih cerita Gangubai Kathiawadi menjadi film biografi. Profil Gangubai (1939-2008) memang menarik: germo India yang mengadvokasi hak-hak pelacur lewat jalan politik pada 1960-an. Agaknya latar belakang ini yang membuat film tersebut menjadi salah satu film populer di Netflix sejak dirilis pada 26 April 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebermula ia bernama Gangga, anak pengacara kaya dari Kathiawar (kini Gujarat). Pada usia 16 tahun, ia mau saja diajak kawin lari oleh Ramnik Lal, akuntan ayahnya yang 12 tahun lebih tua, ke Mumbai dengan janji hendak diorbitkan menjadi bintang film. Namun, di kota ini, Ramnik menjualnya seharga 1.000 rupee kepada seorang germo. Gangga tak punya pilihan. Jika ia kembali ke rumah, hukuman mati dalam tradisi keluarga sudah menanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelanggan pertama Gangga memanggilnya dengan Gangu. Sejak itu ia dipanggil Gangubai, Nyonya Gangu—julukan kehormatan yang hanya disandang germo. Sebab, ia segera menjadi pelacur papan atas. Ia satu-satunya pelacur yang bisa membaca dan menulis, berani menuntut hari libur, dan mampu berdebat dengan germo rumah bordilnya.
Tak mudah menjadi pelacur di India yang tradisi dan agamanya bertaut begitu erat menjadi penegak moral. Karena pelacuran ilegal, polisi mendatangi rumah bordil meminta suap, dan para preman menyiksa mereka. Gangu mengadu kepada Rahim Lala, preman Afganistan yang menguasai Kamathipura (pernah difilmkan pada 1973, Zanjeer). Persekutuan dengan Rahim membuat posisi Gangu kian kuat.
Netflix
Sejak Bibi Sheela meninggal, praktis Gangu menjadi penguasa rumah pelacuran itu. Berbeda dengan germo-germo terdahulu, ia memperhatikan hak-hak para pelacurnya. Ia memperlakukan mereka seperti anak-anak sendiri, bukan semata mesin uang yang menjual diri. Dengan sikapnya yang seperti itu, Gangu terpilih menjadi wakil Kamathipura di parlemen lokal.
Ia jatuh cinta kepada pemuda ganteng penjahit baju perempuan, Afsaan Razaq. Tapi Gangu merelakan Afsaan menjadi suami anak seorang pelacur hanya agar gadis itu tak menjadi pelacur seperti ibunya. Ia sendiri, dengan hartanya yang banyak, yang melamarkan gadis itu untuk Afsaan. Pernikahan itu juga menjadi strategi politik menaikkan suara untuk menunjukkan bahwa ia peduli kepada 4.000 nasib pelacur Kamathipura.
Di tengah popularitas yang tergerus karena muncul politikus-germo lain yang lebih ambisius, Gangu harus mempertahankan rumah bordil karena sekolah menengah atas Katolik di sebelahnya menganggap para pelacur menularkan pengaruh buruk kepada anak-anak. Gangu bertahan dari penggusuran. Suaranya didengar wartawan majalah Urdu Times yang menulis ceritanya di sampul. Popularitas politiknya kembali naik dan kisahnya sampai ke telinga Perdana Menteri Jawaharlal Nehru.
Kepada Nehru, Gangu menyampaikan alasan rumah bordil itu penting bagi perempuan-perempuan Kamathipura. “Tanpa rumah bordil, mereka tak punya masa depan,” katanya. “Dengan rumah bordil, mereka bisa menyekolahkan anak-anak. Dengan bersekolah, anak-anak itu tak akan menjadi pelacur seperti ibu mereka.” Nehru setuju rumah bordil tak digusur. Ia hanya menolak permintaan Gangu agar pemerintah melegalkan pelacuran.
Alasan Gangu logis: perempuan punya hak bekerja dan mendapat penghidupan. Ketika rumah bordil ilegal, para polisi punya alasan mengutip suap. Argumen-argumen Gangu menjadi nyawa film ini, meski pergulatannya sebagai pelacur yang ditolak tradisi, agama, dan masyarakat tak terlalu muncul. Sutradara Leela Bhansali lebih senang mengeksplorasi hubungan-hubungan politisnya dengan banyak orang, dengan gambar yang terlalu romantis, sehingga Mumbai terlihat rapi dan mewah, seolah-olah tak ingin mencederai kecantikan Alia Bhatt yang memerankan Gangubai Kathiawadi.
Jika merujuk pada cerita nyata Ganga Harjivandas—nama asli Gangubai Kathiawadi—pergulatan batin itu adalah basisnya sebagai aktivis politik, suara perempuan yang langka di masa sehabis perang, perempuan yang keras kepada diri sendiri demi memperjuangkan hak orang lain. Film biopik dua jam memang tak selalu cukup merangkum kisah panjang seorang pahlawan. Apalagi Bhansali mesti menyelipkan nyanyian dan tarian seperti umumnya film India.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Gangubai Kathiawadi; Sutradara: Sanjay Leela Bhansali; Pemain: Alia Bhatt, Ajay Devgn, Jim Sarbh, Shantanu Maheshwari; Durasi: 154 menit. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Jalan Politik Pelacur Mumbai"