Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Perjalanan Baru Kereta Snowpiercer

Film Snowpiercer Bong Joon-ho dihadirkan kembali dalam versi serial televisi. Lebih panjang dan rinci, tapi kehilangan intensitas emosi. 

6 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jennifer Connelly dalam The Snowpiercer./ustina Mintz / TNT - TM & Turner Entertainment Networks, Inc. A WarnerMedia Company

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUMI membeku. Umat manusia musnah, kecuali mereka yang sanggup membeli tiket (atau menyelundup masuk) sebuah kereta api bernama Snowpiercer yang melaju terus-menerus mengitari dunia hingga planet cukup hangat lagi untuk dihuni. Selain memiliki sistem penghangat super dan bekal bertahan hidup melimpah, kereta api itu turut membawa apa yang telah terbangun mapan di bumi manusia, ketimpangan antar-kelas sosial, yang digambarkan dengan perbedaan fasilitas yang didapat penumpang kelas pertama, kedua, hingga penumpang gelap di gerbong terakhir. Distopia apokalips ini mula-mula dicetuskan dalam sebuah novel grafis Prancis oleh Jacques Lob, Jean-Marc Rochette, dan Benjamin Legrand (1982).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Oleh sutradara Korea Selatan, Bong Joon-ho, pada 2013, Snowpiercer diolah menjadi film dua jam tentang gesekan kelas dan medan perang yang harus tercipta agar keadilan dapat ditegakkan di antara manusia-manusia di dalam kereta. Waktunya adalah 17 tahun setelah meninggalkan stasiun pertama, saat kemuakan penumpang kereta telah mencapai pangkal leher dan menunggu dimuntahkan. Lewat film berbahasa Inggris pertamanya itu, Bong banyak dipuji karena mampu menghadirkan intensitas emosi saat kelompok tertindas di gerbong belakang merangsek maju ke depan. Film ini sekaligus menawarkan humor gelap tentang ironi ketimpangan dalam level mikro yang menyisakan rasa pekat di pangkal lidah kita. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Daveed Diggs dalam The Snowpiercer./Justina Mint/ TNT-TM & Turner Entertainment Networks, Inc. A Warner Media Company

Tujuh tahun kemudian, cerita sepur akhir zaman ini kembali, barangkali karena terlalu sayang bila latar menarik tersebut tak dikembangkan lagi. Kali ini cerita hadir lewat serial sepuluh episode yang didistribusikan Netflix. Bong tak lagi menjadi sutradara, tapi turut serta sebagai produser eksekutif dan penulis naskah. Hingga ulasan ini ditulis, Netflix telah merilis tiga episode pertama serial yang kabarnya sudah dikembangkan untuk menjadi setidaknya dua season cerita itu.  

Seperti adaptasi pada umumnya, ada yang hilang, ada yang ditambahkan. Chris Evans, Song Kang-ho, dan Tilda Swinton—yang tampil gila sekali dalam film Bong—sudah tak ada. Tokoh sentralnya kini adalah motor revolusi gerbong belakang Andre Layton (Daveed Diggs) dan Melanie Cavill (Jennifer Connelly), alumnus MIT yang bertindak sebagai tangan kanan Tuan Wilford, pencipta dan penguasa kereta itu. Revolusi kaum tertindas tetap menjadi cerita besar serial ini, tapi di antaranya ada plot-plot lain yang dikembangkan untuk mengisi sepuluh episode yang masing-masing berdurasi hampir satu jam. 

Satu bagian yang jadi lebih leluasa diceritakan lewat serial adalah bagaimana kereta api dapat berjalan dan menghidupi ribuan manusia di dalamnya. Dalam film Bong Joon-ho, penonton meminjam mata Chris Evans yang satu per satu membuka pintu gerbong di depan untuk menyingkap ketimpangan yang makin lama makin besar. Setiap pintu terbuka adalah kejutan. Mata kita terbiasa dengan kegelapan dan silau saat melihat terang karena begitulah Evans memandang semuanya. 

Ruang kemudi kereta dalam The Snowpiercer./ustina Mintz / TNT - TM & Turner Entertainment Networks, Inc. A WarnerMedia Company

Sementara itu, serial Snowpiercer menampakkan suasana di sepanjang kereta dengan cuma-cuma. Adegan berganti-ganti memperlihatkan suasana setiap gerbong dan kita dapat melihat lebih saksama dekorasi mewah gaya Victoria di kelas pertama, peternakan sapi dan miniatur lautan di gerbong penyedia bahan makanan, serta hunian ala Pecinan di kelas ketiga. Serial ini berkali-kali menegaskan betapa mengagumkannya Snowpiercer dengan terus mengingatkan bahwa rangkaian ini terdiri atas 1.001 gerbong. Juga dengan memperlihatkan bahwa ternyata ada kereta lagi di dalam kereta itu untuk transportasi ulang-alik pegawai kereta dari gerbong kesatu ke gerbong keseribu. Detail-detail—yang sebagian menarik, sebagian tak perlu—ini tak ada dalam film Bong. 

Sejauh tiga episode berjalan, yang banyak diperlihatkan oleh serial ini adalah kemapanan sistem Snowpiercer, cerita tokoh-tokoh (yang tampaknya) penting di tiap kelas, dan rencana pemberontakan yang masih jauh dari matang. Selain itu, sebelum memimpin revolusi, Layton harus mengerjakan tugas lain. Dia dipanggil ke gerbong depan untuk memecahkan misteri pembunuhan berantai yang terjadi di kelas utama. Entah bagaimana, Layton adalah satu-satunya detektif pembunuhan di atas kereta itu sehingga Cavill harus meminta jasanya.  

Pilihan menghadirkan plot ini dapat dimengerti sebagai cara agar Layton bebas bergerak dari gerbong ke gerbong yang dapat membantunya menyusun plot dan taktik revolusi kaum buntut. Namun fokus yang cukup lama untuk mengikuti kerja penyidikan Layton membuat serial ini sering terasa seperti drama kriminal biasa. Ibarat Murder on the Orient Express, tapi pascakiamat. Penderitaan manusia-manusia yang tersudut di gerbong paling ujung dan hanya bertahan hidup dengan potongan jeli hitam beberapa kali terabaikan dalam cerita. Seiring dengan keakraban yang dijalin Layton dengan penghuni gerbong lain. 

The Snowpiercer.

Meski memunculkan lebih banyak tokoh dan motif masing-masing untuk diceritakan, serial ini tak menghadirkan cukup kepribadian guna membuat tiap tokoh berkesan. Sebagian kejenakaan Bong yang gelap disalurkan lewat karakter-karakternya yang antik. Ini cara Bong menunjukkan tak bisa ada karakter yang benar-benar normal karena butuh ketidakwarasan untuk hidup bertahun-tahun di dalam sebuah kereta yang melintasi bumi beku, sekalipun Anda penumpang kelas pertama. Kegilaan ini tampak belum menyentuh sebagian besar karakter yang telah muncul di serial Snowpiercer. Melanie Cavill satu-satunya tokoh yang cukup memancing rasa ingin tahu karena rahasia yang ia simpan.  

Dalam film, Bong memberikan jawaban jenius, sekaligus sebuah gong menyedihkan, tentang mengapa gerbong paling belakang itu tak diputus saja dari rangkaian kereta agar 1 persen yang kaya dapat menikmati kemewahan tanpa ancaman, yaitu seluruh sistem hebat yang dibangun Wilford di atas kereta bertumpu pada satu hal yang hanya dapat disediakan oleh kelompok buntut. Sementara itu, sejauh episode yang berjalan, serial Snowpiercer belum memberikan petunjuk mengenai apa dan bagaimana simbiosis di antara kelas-kelas penumpang kereta. Serial ini kehilangan pesan penting yang membuat versi Snowpiercer Bong begitu bermakna. Namun barangkali masih ada harapan hingga kereta pembelah salju ini tiba pada episode terakhirnya.

MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Moyang Kasih Dewi Merdeka

Moyang Kasih Dewi Merdeka

Bergabung dengan Tempo pada 2014, ia mulai berfokus menulis ulasan seni dan sinema setahun kemudian. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ini pernah belajar tentang demokrasi dan pluralisme agama di Temple University, Philadelphia, pada 2013. Menerima beasiswa Chevening 2018 untuk belajar program master Social History of Art di University of Leeds, Inggris. Aktif di komunitas Indonesian Data Journalism Network.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus