Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Review Film Para Betina Pengikut Iblis 2, Budaya Klenik dan Pendalaman Karakter

Para Betina Pengikut Iblis 2, seperti halnya film pertama, penonton dibatasi usia 21 tahun ke atas

26 Maret 2024 | 14.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Poster Para Betina Pengikut Iblis 2. Foto: Max Pictures.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Klenik atau kegiatan perdukunan rasanya tidak asing di telinga. Praktek-praktek semacam ini kerap dilakukan untuk pengobatan hingga kejahatan dengan unsur tertentu. Hal ini juga yang diceritakan dalam film Para Betina Pengikut Iblis 2.

Sinopsis Para Betina Pengikut Iblis 2

Film ini adalah lanjutan dari cerita Para Betina Pengikut Iblis yang telah dirilis pada 16 Februari 2023 dengan durasi sama. Part pertama bercerita tentang seorang Sumi (Mawar de Jongh) mengurus ayahnya, Karto (Derry Oktami) yang sakit. Untuk bertahan hidup ia membuka warung gulai dari daging manusia. Bahan gulai dari mayat yang baru dikubur hingga mayat segar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara Sari (Hanggini) kembali menjadi dukun teluh dan meneror desa, saat adiknya, Ningrum (Anindya Arioni) mati dibunuh dan mayatnya hilang dari kuburan. Mereka terhasut dan menjadi budak Iblis (Adipati Dolken).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film ini berlanjut di part 2 dengan kekacauan di Desa Potrosaran yang disebabkan oleh ulah Tiga Iblis Betina yang diperankan oleh Mawar de Jongh, Hanggini dan Sara Fajira. Hal itu sampai ke telinga Kiai Taqim hingga ia mengutus muridnya Ahmad untuk menumpas kekejian Tiga Iblis Betina.

Namun dalam perjalanannya, ternyata tidak mudah untuk mengalahkan Tiga Iblis Betina. Apalagi ternyata Ahmad memiliki masa lalu yang berhubungan dengan Desa Potrosaran.

Review Film Para Betina Pengikut Iblis 2

Film thriller dengan menumpuk genre menjadi satu seperti horor, misteri, kriminal, memang dikhususkan untuk umur 21 tahun ke atas. Dengan adegan penuh darah, film ini mampu membuat cerita di dalamnya itu seakan nyata. Pembawaan setiap karakter yang diperankan oleh tiga perempuan muda itu juga seakan menghipnotis mata penonton.

Selama menyaksikan film ini, perasaan tegang penonton seakan tak ada habisnya. Tak segan juga penonton berteriak saat adegan adu pisau dimainkan. Keseruan ini ternyata didukung dengan pembawaan kamera yang begitu mahir. Film ini juga memainkan sorotan kamera yang tajam dan detail.

Penonton kagum dengan penyunting dan pengambilan gambar dalam film ini. Jika diperhatikan, pada adegan yang cukup mengerikan, seperti menusukkan pisau ke bagian perut, pengambilan gambar selalu berada di belakang cahaya, sehingga hanya ada bayangan saja yang terlihat.

Pertarungan tiga betina pengikut iblis ini juga seakan nyata. Pegangan erat pisau, alat perdukunan hingga pendalaman karakter Sumi yang diperankan oleh Mawar de Jongh juga sangat menarik perhatian. Mawar selaku berada di posisi menunduk dan ketakutan.

Penggunaan taring gigi Asih yang diperankan oleh Sara Fajira juga menambah keunikan dalam film ini. Sari, diperankan oleh Hanggini adalah seorang dukun perempuan yang biasa mengirimkan teluh dan santet ke masyarakat desa juga seakan nyata.

Film ini sangat kaya dengan hal-hal magis di dalamnya. Namun, pembawaan alur cerita maju-mundur yang membuat bingung penonton. Selebihnya, film ini sukses membuat terbayang-bayang di adegan-adegan menegangkan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus