Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua kata untuk film terbaru besutan Guy Ritchie; lugas dan menyenangkan. Sebagai sebuah film yang diangkat dari kisah nyata saat berlangsungnya Perang Dunia II, The Ministry of Ungentlemanly Warfare bukan film kategori aksi bertema peperangan yang berat untuk ditonton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melangsungkan penayangan perdananya di Indonesia pada Rabu, 8 Mei 2024, Tempo berkesempatan untuk ikut hadir dan menyaksikan film yang sudah tayang di Amerika Serikat sejak Jumat, 19 April lalu itu. Secara singkat, kelugasan alur cerita dengan sentuhan humor yang pas membuat dua jam waktu yang dihabiskan untuk menonton terasa cepat berlalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan dokumen yang dideklasifikasi dari British War Departmen dan terinspirasi dari peristiwa yang benar-benar terjadi, The Ministry of Ungentlemanly Warfare menyajikan kisah tentang sebuah organisasi pasukan khusus pertama yang dibentuk selama Perang Dunia II oleh Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan sekelompok kecil pejabat militer, termasuk penulis Ian Fleming.
Film The Ministry of Ungentlemanly Warfare. Dok. Black Bear Pictures dan Lionsgate
Sekilas tentang Film The Ministry of Ungentlemanly Warfare
Unit tempur yang bersifat sangat rahasia, bahkan dari militer Inggris pada saat itu, ditugaskan untuk menjalankan misi untuk menaklukan salah satu senjata mematikan yang dimiliki Nazi, yaitu kapal tempur U-Boat. Menggunakan teknik bertarung yang sepenuhnya tidak konvensional dan benar-benar “tidak sopan” sebagaimana yang tertera pada judul, keberhasilan dari tim ini sukses mengubah jalannya perang dan meletakkan dasar bagi British Special Air Service (SAS) dan operasi hitam modern.
Salah satu adegan ikonik yang paling ditunggu di dalam film adalah ketika terjadinya perubahan rencana dari meledakkan U-Boat, menjadi mencuri kapal tempur raksasa tersebut. Disertai mixing dan timing yang tepat dari Christopher Benstead untuk skoring pada adegan klimaks penuh ketegangan, Ritchie berhasil mengeksekusinya dengan cukup baik.
Film The Ministry of Ungentlemanly Warfare. Dok. Black Bear Pictures dan Lionsgate
Deretan bintang yang berperan dalam film tersebut diciptakan dari tokoh-tokoh asli, seperti di antaranya Gus March-Phillips yang diperankan oleh Henry Cavill, Anders Lassen yang dimainkan Alan Ritchson, Ian Fleming oleh Freddie Fox, dan seorang tokoh perempuan bernama Marjorie Stewart yang diperankan Eiza González. Selain itu, The Ministry of Ungentlemanly Warfare juga dibintangi Rory Kinnear, Henry Golding, Alex Pettyfer, Babs Olusanmokun, Hero Fiennes Tiffin, dan Cary Elwes.
Tujuan Alur Film The Ministry of Ungentlemanly Warfare Lugas
Tujuan dari alur yang membangun film The Ministry of Ungentlemanly Warfare adalah untuk menceritakan penyelesaian misi tim yang dipimpin Gus March-Phillips dalam menaklukan U-Boat. Tidak kurang dan tidak lebih. Mulai dari pemilihan anggota tim disertai pengenalan singkat tiap orangnya, penyusunan strategi, hingga eksekusi yang disertai perubahan rencana di pertengahan menjelang akhir, semuanya tertata rapi dan lugas.
Kelugasan tersebut sangat terlihat dari bagaimana tidak adanya dramatisasi pada kisah-kisah di luar penyelesaian misi. Dikarenakan plotnya yang padat, penonton seakan tidak diberikan kesempatan untuk melepas pandangan dari layar walau sebentar saja, dan hal ini bukanlah sesuatu yang buruk.
Film The Ministry of Ungentlemanly Warfare. Dok. Black Bear Pictures dan Lionsgate
Adegan Pertarungan The Ministry of Ungentlemanly Warfare Agak Hambar
Meski begitu, kelugasan Ritchie dalam menceritakan alur film sebetulnya membuat adegan-adegan pertarungan yang ada jadi kurang greget. Perlawanan dari tentara Nazi yang terlihat setengah hati menjadikan film dengan budget 60 juta dolar AS ini terasa kurang maksimal dan kurang realistis. Untuk para penonton baru dari film sutradara Sherlock Holmes dan Snatch itu, mungkin hal tersebut bukanlah masalah besar. Akan tetapi, bagi penonton setia film-film Ritchie, menyaksikan The Ministry of Ungentlemanly Warfare bagai menyantap hidangan favorit tanpa bumbu penyedap, terasa agak hambar.
Namun kembali lagi, karena mungkin keinginan Ritchie membuat film yang juga diproduseri Jerry Bukheimer (produser film drama-aksi Top Gun: Maverick) ini sebagai film peperangan yang menyenangkan untuk ditonton, ia sengaja tidak begitu menonjolkan sisi gelap dari peristiwa yang terjadi pada salah satu perang terbesar dalam sejarah tersebut. Sehingga, penonton tidak akan terlalu berfokus pada kengerian yang sebenarnya terjadi. Hal tersebut bisa menjadi nilai positif pada kadar tertentu.
Salah satu kekecewaan lain yang lahir dari eksekusi para pemain peran dalam film adalah karakter Henry Cavill sebagai komandan tim yang kurang ditonjolkan. Ekspektasi yang melambung tinggi setelah menonton Henry Cavill pada film The Man from U.N.C.L.E seperti dipaksa pupus begitu saja ketika film yang juga terinspirasi dari buku karya Damien Lewis ini mencapai akhir cerita.
Tetapi, selebihnya, film yang sejauh ini sudah mendapat rating sebesar 71 persen dari 128 ulasan kritikus di Rotten Tomatoes dan mendapat nilai 7.3/10 pada laman IMDb ini layak diacungi jempol karena bisa menjadi tontonan edukatif yang menghibur. Setelah diumumkan adanya perubahan, hingga artikel ini ditulis belum ada informasi lebih lanjut mengenai jadwal pasti penayangan film The Ministry of Ungentlemanly Warfare di bioskop Indonesia.
Pilihan Editor: Rekomendasi 7 Film Korea tentang Perang yang Menegangkan