Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film yang sukses menyabet juara utama Grand Prix pada Festival Film Cannes 2023, The Zone of Interest, berhasil menampilkan kengerian peristiwa Holocaust yang terjadi di Jerman pada Perang Dunia II tanpa perlu memperlihatkan satu pun adegan berdarah di dalamnya. Film ini mengambil sudut pandang unik yang menyorot perbedaan kehidupan profesional Rudolf Höss sebagai komandan kamp konsentrasi Auschwitz dengan dirinya sebagai seorang kepala rumah tangga.
Film ini mendapat 93 persen Tomatometer pada Rotten Tomatoes dengan 321 review dan 78 persen skor penonton dengan 250 lebih dinilai oleh akun terverifikasi. “Tanpa memihak, membahas keberadaan orang-orang yang terlibat dalam kejahatan yang mengerikan, The Zone of Interest memaksa kita untuk melihat dengan dingin hal-hal biasa di balik kebrutalan yang tidak dapat dimaafkan,” tulis seorang reviewer.
Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Martin Amis yang diterbitkan sepuluh tahun lalu, film ini menampilkan detail sehari-hari kehidupan pasangan Nazi yang sering berpindah-pindah karena penugasan di bawah komando Adolf Hitler. Digarap dengan rapi dan berani oleh Jonathan Glazer, film ini berhasil masuk ke dalam lima kategori nominasi dan menjadi salah satu kandidat terkuat pemenang Oscar tahun 2024.
The Zone of Interest Gambarkan Dua Kenyataan yang Bertolak Belakang
Film berdurasi 105 menit ini menyajikan kehidupan komandan Auschwitz, Rudolf Höss yang diperankan oleh Christian Friedel, istrinya, Hedwig yang diperankan Sandra Hüller, serta lima buah hati mereka yang terdiri dari tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki. Bersama beberapa orang pembantu, keluarga ini tinggal di sebuah rumah mewah yang berlokasi tepat bersebelahan dengan kamp konsentrasi Auschwitz, tempat di mana puluhan ribu hingga jutaan tahanan Yahudi terbunuh pada zaman Perang Dunia II.
Dipisahkan oleh dinding pembatas, Glazer berusaha menampilkan perbedaan mencolok dari kehidupan keluarga Höss yang damai dan tenteram. Tanpa satu pun adegan yang memvisualisasikan kekerasan antar tentara Nazi dan tahanan Yahudi, Glazer menampilkan distopia pada saat itu dengan cara yang tidak biasa.
Terdapat beberapa adegan seperti Hedwig yang dengan santai memperkenalkan jenis-jenis tumbuhan bunga kepada anak bungsunya, pesta yang diadakan di taman belakang rumah, atau anak-anaknya yang asyik bermain di kolam dengan pancuran. Semua adegan itu ditampilkan dengan tanpa terburu-buru dan apa adanya, seakan-akan semua kebahagiaan tersebut tidak terjadi di samping lokasi Höss membunuh ribuan tahanan Yahudi tiap pekannya.
Penuh Simbol-Simbol Penuh Makna di Sepanjang Film The Zone of Interest
Tembok merupakan simbol utama yang menjadi kunci dari The Zone of Interest. Tidak seperti film-film lain tentang Holocaust, film ini berfokus pada pelaku dibandingkan korban, kamera tidak pernah melewati tembok yang memisahkan rumah mewah milik Höss dari kamp itu sendiri.
Dilansir dari The Guardian, Glazer menyatakan bahwa tembok yang memisahkan dua kehidupan tersebut menegaskan adanya kedekatan antara kebahagiaan dan kengerian. “Tidak ada keraguan bahwa mereka (tahanan Yahudi) akan mendengar kebahagiaan dan keriangan ketika anak-anak Höss tertawa dan bermain-main di kolam. Film ini menjadi sebuah kedekatan antara kengerian dan kebahagiaan, bagaimana surga bagi seseorang adalah neraka bagi orang lain,” katanya.
Film ini menggabungkan banyak komponen kompleks dan membutuhkan pengamatan mendalam dari momen-momen eksperimentalis yang ditampilkan secara tiba-tiba dan mengejutkan. Salah satunya adegan pembuka yang menampilkan layar kosong berwarna biru kelam selama beberapa menit sebelum kemudian menampilkan keluarga Höss yang terlihat sedang berpiknik di pinggir sungai. Atau ketika layar berubah menjadi merah darah pada suatu waktu setelah kamera menyorot bunga-bunga di pekarangan rumah Höss yang asri.
Beberapa simbol lainnya terdapat pada detail-detail kecil yang ada di sepanjang film, seperti seorang pekerja Polandia mencuci sepatu bot kulit Rudolf Höss di bawah keran dan seketika airnya berubah menjadi merah; seorang pekerja kebun terlihat menebarkan abu dari kamp ke atas tanah yang ditanami tumbuhan bunga milik Hedwig yang dirawat dengan penuh kasih; ada juga fenomena putri dari pasangan itu yang memiliki kebiasaan berjalan sambil tidur.
Pada suatu saat, putra sulung mereka juga terlihat menindas adik laki-lakinya, menguncinya di rumah kaca dan menirukan desisan gas persis seperti suara yang dikeluarkan dari bangunan tempat tahanan Yahudi disiksa dan dimusnahkan. Selain itu, anjing milik keluarga yang sudah diperlihatkan sejak awal tampak terus waspada, berlari melintasi taman dan mengendus-endus tanah di bawah tembok seakan bisa merasakan kejanggalan di sekitarnya.
Visualisasi yang Kuat Film The Zone of Interest Hanya Melalui Suara
Ketika menonton, penonton terbiasa disajikan dengan suara dalam film yang mendukung gambar yang terlihat, tetapi tidak dengan The Zone of Interest. Johnnie Burn sebagai perancang suara dari film ini, sedemikian rupa memasukkan suara yang berlawanan dengan gambar sehingga membingungkan fokus penonton, namun di sisi lain menjadi poin kuat sangat menarik. Pada umumnya, film akan memberi tahu penonton apa yang harus diperhatikan, tetapi The Zone of Interest sengaja mengacaukannya.
Dikutip dari wawancara dengan IndieWire, Glazer berbicara bahwa, uniknya, The Zone of Interest terdiri dari dua film. Satu filmnya adalah apa yang dapat dilihat penonton dengan jelas; anggota keluarga menjalani keseharian mereka, mengerjakan pekerjaan rumah, merayakan ulang tahun, serta bermain di halaman, dan film lainnya adalah apa yang dapat penonton dengar, “dan itu terdengar seperti neraka,” ungkapnya.
Kematian massal terjadi dengan sangat efisien di balik tembok taman. Kebisingan yang dihasilkan hanya akan hilang ketika kamera menyorot kegiatan keluarga itu di bagian terdalam rumah atau ketika pergi ke luar. Glazer dan Burn bekerja sama untuk mengacaukan perhatian penonton. Secara tidak langsung keduanya meminta penonton untuk memutuskan sendiri, apakah akan fokus pada apa yang terlihat di karakter-karakter tersebut atau memilih mendengarkan dengan seksama untuk melihat apa yang tidak dapat penonton lihat. Komponen suara di dalam film ini bisa diibaratkan seperti kendaraan yang dapat menilai kapasitas kejahatan yang dimiliki seseorang.
Film yang berhasil mendramatisas kehidupan keluarga Höss dengan porsi yang pas ini akan segera tayang dan dapat disaksikan di bioskop-bioskop Tanah Air mulai Rabu, 6 Maret 2024.
HANIN MARWAH NURKHOIRANI | THE GUARDIAN | NEW YORK TIMES | INDIEWIRE | ROTTEN TOMATOES
Pilihan Editor: Daftar Lengkap Nominasi Oscar 2024, Oppenheimer Memimpin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini