Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Sartre dalam Selembar Poster

Kehidupan dan pemikiran Sartre terbentang dalam rangkaian poster. Dipamerkan di Pusat Kebudayaan Prancis.

17 Juli 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DISTRIK Boulogne-Billancourt, Paris, Oktober 1970. Di halaman pabrik Renault yang membara, Jean-Paul Sartre menyerukan solidaritasnya kepada para buruh. Ber-tengger di atas drum, berkaca-mata tebal, bermantel cokelat, bercelana dan bersepatu hitam, Sartre memegang mikrofon. Mulutnya terus berseru. ”Se-kitar 50 tahun kaum intelek-tual dan rakyat terpisahkan,” ucapnya. ”Kini saat-nya bersatu dan membentuk se-suatu yang baru.”

Sepanjang 1970-an Paris adalah laut-an demonstrasi. Penulis dan f-ilsuf eksistensialis itu dikenal dekat de-ngan anak muda dan menjadi pelopor gerakan. Ia mendukung kelompok-k-elompok politik radikal. Berbagai pergolakan di Vietnam, Indocina, K-o-rea, membuatnya lebih tertantang untuk mendukung pembebasan atas pe-nindasan.

Pidato Sartre yang berbau kiri itu terbingkai dalam selembar poster. Bertajuk L’avenir de la liberte, poster 60x68 sentimeter itu merupakan satu di antara 19 poster tentang kehidupan dan pemikiran Sartre yang dipamerkan di Pusat Kebudayaan Prancis, J-akarta, 10-21 Juli 2006. Serangkaian poster itu hasil kreasi Asosiasi u-ntuk Penyebaran Pemikiran Prancis, s-e-buah lembaga di bawah Kementeri-an Luar Negeri dan Kebudayaan Pran-cis.

Poster lain yang menampilkan se-pak terjang Sartre di kancah politik berjudul Le Communisme, compag-nonnage et rupture. Poster ini menampilkan potongan-potongan foto Sartre di sejumlah tempat. Foto keti-ka dia bersua Che Guevara di Kuba pa-da 1960, melihat penghancuran patung Stalin di Budapest, Hunga-ria, dan m-enyaksikan jatuhnya Saigon pada 25 April 1975. Sedangkan pemikir-an-pemikiran politiknya dilansir l-ewat Les Temps Modernes. Di majalah minggu-an itu Sartre duduk sebagai redaktur.

Ja-lan menuju seorang filsuf tergambar dalam poster Phenomenologie et ontologie. Secara simbolis poster itu menampilkan dua buku karya filsuf Jerman Edmund Husserl dan Martin Heidegger tentang fenomenologi yang kemudian banyak mempengaruhi pemikiran Sartre. Pengaruh mereka tertuang dalam buku Sartre, antara lain La Nausee dan L’etre et le neant. Dan dalam poster, pengaruh kedua filsuf itu digambarkan lewat daftar isi buku Sartre.

Jejak pemikiran Sartre di bidang seni tercurah dalam sejumlah karya drama. Di antaranya Huis clos, Le diable et le bon dieu, dan Les sequestres d’altona. Potongan adegan pementas-an ketiga drama itu ditampilkan dalam poster L’imaginaire theatral. Dari ketiganya, Huis clos-lah atau Pintu Tertutup yang telah melambungkan nama Sartre dalam dunia panggung.

Sedangkan penggal kehidupan Sartre sejak masa kecil hingga meninggal terbentang dalam dua poster Cartographie sartrienne dan Ertre mort, c’est etre en proie aux vivants. Lahir di Paris, 21 Juni 1905, sejak kecil ia telah kehi-langan bapaknya—seorang per-wira marinir. Ia kesepian di ruang ba-ca dalam asuhan kakeknya yang ke-ras, yang mengenal nama dan kata lebih du-lu ketimbang mengenal alam benda.

Bersama Albert Camus, Sartre ada-lah pemikir Prancis yang hampir jadi ba-han pemujaan para pemikir dan penulis yang lebih muda. Dunia inte-lektual memandang, menyimak, mendatangi ”raja kaum eksistensia-lis” yang bermata juling ini. Sartre me-ninggal di Pa-ris dalam kesepian pada 15 April 1980. Hingga akhir hayatnya ia tak memiliki rumah, istri, dan anak.

Sang pengarang selalu berada satu langkah ke depan, meninggalkan berbagai buku tak terselesaikan. Ia tak pernah berhenti menulis, belajar, dan bertualang. Pada 1964 Sartre mem-per-oleh Hadiah Nobel Kesusastraan untuk otobiografi masa kecilnya, Les Mots (Kata-kata). Tapi Sartre menolaknya. ”Seorang penulis tak boleh membiarkan dirinya ditransformasikan oleh lembaga,” katanya.

Nurdin Kalim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus