SEMALAM Dl MALAYSIA
Cerita: Tuti Mutia Rasidi
Skenario: Frank Rorimpandey
Sutradara: Nico Pelamonia
***
FILM-FILM produksi PT Tuti Mutia Film biasanya tidak tergolong
tontonal1 yang terlalu "ramah" kepada penonton. Di tengah-tengah
hiruk-pikuknya para pembuat film menjala uang lewat film-film
mereka yang kebanyakan afdruk kilat di siang bolong, Tuti Mutia
dengan Nico Pelamonia masih hadir dengan film-film macam Yang
Jatub Di Kaki Lelaki Anjing-Anjing Geladak dan Laki-Laki
Pilihan. Tapi pilihan berselera baik itu kemudian mengalami
jalan nasib yang lain.
Ketika film reritanya Seorang Perempuan muncul di depan
publik, kelemahannya jelas bukan cuma soal teknis. Pengalihan
laboratorium dari Tokyo ke Hongkong memang terpaksa
mempengaruhi kwalitas film. Tapi alasan penghematan, nampaknya
bukan satu-satunya soal di sini. Dan dari Hongkong itu pula PT
Tui Mutia Film mendapatkan pasangan baru untuk sebuah kerja
sama: Run Mc Shaw, raja film Mandarin, pemilik Shaw Brothers
(SB) yang masyhur. Lahirlah film Semalam Di Malaysia.
Dibuka seiring dengan lagu ciptaan Saiful Bahri (dulu lagu ini
masygul sebagai Semalam di Malaya lewat suara Said Effendi),
produksi bersama SB dan TMF ini berkisah tentang sepasang
remaja yang bercintaan namun malang dan sekaligus juga
beruntung. Victor Abdullah alias Jarot adalah penyanyi Malaysia
terkenal, berjumpa dengan Sandra alias Salmah, penyanyi
Indonesia terkenal, pada sebuah pesta musik di Kuala Lumpur.
Mereka bercintaan, tentu. Tapi akhirnya tidak bisa kawin
lantaran mereka saudara kandung.
Kisah macam begini tentu saja bisa terjadi di mana-mana dan
kapan saja. karena itulah maka cerita seperti ini bisa pula
dinikmati lewat layar televisi awal Desember tahun silam. Cuma
pada yang terakhir ini, rasanya yang disebut sebagai pengarang
naskahnya adalah pejabat Departemen Agama yang bernama Drs
Masbuchin. Bedanya tentu saja ada, sebab jelas Semalam Di
Malaysia ada menggunakan unsur-unsur bukan domistik, ya
Malaysia itu.
Menjadi Kuli
Walhasil, maka Jarot yang ketika herumur sekitar 5 tahun itu
terdampar di pantai Malaysia, sebenarnya adalah putera Marto
(Kusno Soedjarwadi), nelayan Jawa Timur yang sial dalam
pelayarannya ke Pontianak. Tidak sampai tenggelam, Marto yang
malu pulang ke desanya memilih menjadi kuli di Jakarta,
sementara isterinya, mBok Ruminah (Rina lassim) yang ditinggal
dalam keadaan hamil tua, akhirnya juga terdampar di Jakarta
dengan bayi perempuannya yang mungil dan bernama Salmah.
Kebetulan Jarot punya bakat menyanyi. Kebetulan ia dipungut
oleh orang kaya. Salmah yang kebetulan juga punya bakat tarik
suara, juga kebetulan dipungut oleh keluarga kaya. Kombinasi
kebetulan demikian bisa diduga juga akibatnya, bukan? Supaya
lebih drastis, mBok Ruminah yang jadi babu pada rumah yang
mengangkat Salmah jadi puteri tunggalnya (setelah nama Salmah
menjadi Sandra), harus pula menahan diri ketika Victor Abdullah
muncul sebagai pacar Sandra. Jarot seharusnya bisa curiga
terhadap perempuan tua itu, lantaran ia toh berangkat berlayar
ketika sudah berusia yang membuatnya kemudian mampu mengenali
ayahnya.
Seperti lainnya film-film Indonesia yang gemar bersedih-sedih,
juga kesempatan mengalirkan air mata ini diaransir dengan
mengumpulkan seluruh pelaku film. Mbok Ruminah yang cedera
ketika mencoba meyakinkan Sandra bahwa Victor adalah abangnya,
dipaksa terbaring di ruang tengah menantikan ajalnya. Ajal tiba
setelah terjadi reuni keluarga yang disaksikan oleh tuan rumah,
tamu dari Malaysia serta tetnanteman Marto yang selalu kumpul di
warung Mang Udel (yang tentu saja selalu kocak itu).
Untuk film dengan sutradara Nico Pelamonia, kumpulan kebetulan
dan kesedihan yang teraransir, sebenarnya bisa dihindarkan
agar tontonan tidak jadi film Malaya tahun limapuluhan denan
tata rias yang ceroboh dan iringan musik seadanya dan editing
yang kurang bersih. Bisa saja terjadi pertemuan Jarot (dimainkan
oleh Sam Trio Bimbo) denan Salmah (dimainkan oleh bintang
Malaysia Nozie Nani) di Kuala Lumpur sana. Tapi karena keduanya
sudah dibikin jadi penyanyi tenar oleh si empunya kisah, maka
soal jadi lebih sederhana, dan cara lain tak mungkin lagi.
Penyederhanaan-penyederhanaan macam inilah sebenarnya yang
membuat banyak film kita arti fisial dibuat-buat, lalu tidak
meyakinkan. Mudah-mudahan saja penyederhanaan macam ini tidak
akan jadi ciri khas Tuti Mutia Film, sebab Semalam Di Malaysia
ini toh hasil dari sebuah kerja sama. Dan supaya tidak ribut di
belakang hari, pasangan dalam kerja sama meman tidak harusnya
dikecewakan, bukan? Apa lagi kalau soal pemasaran yang lebih
luas ada pula terbayang di balik senyuman Run Me Shaw.
Salim Said
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini