Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUARA itu begitu meneror, bahkan dari luar ruangan yang berjarak tiga-empat meter. Seperti sesuatu yang bergerak-gerak, bergolak, mendesak-desak di dalam sebuah ruangan yang menggema. Suara itu datang dari pengeras suara, berdiri menyambut para pengunjung pameran di galeri ROH Projects, Menteng, Jakarta Pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suara tersebut bukan sembarang suara. Herbert Hans, salah satu anggota kelompok seni rupa Tromarama, membuat karya seni instalasi tersebut, mengembangkannya dari suara ultrasonografi (USG). Dalam imajinasi kita akan langsung terbayang layar mesin USG yang memperlihatkan “sosok” bayi di dalam rahim, hasil pemantauan alat yang terhubung dengan layar tersebut. Karya berjudul Bonding ini dirangkai dari speaker, komputer personal mini, dan seperangkat peranti lunak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karya ini tercipta dari inspirasi ketika Herbert bertemu dengan anaknya yang masih berada di dalam kandungan. “Itu pertemuan fisik saya melalui suara USG. Kalau istri kan bisa merasakan kehadirannya di rahim dia,” tutur Herbert kepada Tempo, Jumat, 2 September lalu. Herbert baru terkoneksi dengan anaknya melalui teknologi. Pengalaman yang sama dialami anggota Tromarama lain, Ruddy Hatumena. Sebuah karya yang cerdas menghubungkan sebuah “keberadaan” yang tak kasatmata.
Ketika direfleksikan pada situasi saat ini, publik baru akan merasa terhubung dengan seseorang atau sesuatu melalui teknologi. Tromarama, yang beranggotakan Febie Babyrose, Ruddy Hatumena, dan Herbert Hans, menyuguhkan pameran instalasi berjudul “Personalia”. Pameran ini berlangsung di galeri ROH Projects, 20 Agustus-2 Oktober 2022. Dari judulnya, pengunjung mungkin akan mengasosiasikan pameran ini dengan sesuatu yang berhubungan dengan pribadi seseorang atau ketenagakerjaan bidang sumber daya manusia.
SP-01 SP-02, dan SP-03 dalam pameran Personalia, di Roh Gallery, Menteng, Jakarta 2 September 2022. TEMPO/Haninda Hasyafa
Kelompok seni asal Bandung itu mengkritik dampak teknologi dalam kehidupan manusia saat ini. Sebuah sirkulasi ekonomi yang berubah drastis karena teknologi. Penggunaan teknologi, termasuk media sosial, mengubah lanskap ritme, waktu kerja, dan kesenangan menjadi sesuatu yang tak jelas. Lihatlah dalam litograf berwarna hampir merah jambu di dinding ruang Galeri Apel. Juga tiga panel cetakan lentikular pada aluminium dengan tiga judul berbeda tapi menggunakan materi yang sama. Gambar pada tiga panel terlihat kabur. Panel persegi panjang kecil berwarna keemasan, berjudul You’re my sunshine, menggambarkan perangkat gawai yang diperbesar. Dari gawai ini semua perintah kerja hingga presensi bisa dilakukan.
Di sampingnya, ada sebuah instalasi yang terdiri atas 16 botol minuman soda yang kawat-kawatnya terhubung dengan cukup rumit pada instalasi listrik, stopkontak, dan salon mini. Bunyi gemeritik botol kaleng terdengar lirih dari salon mini itu. Sebuah instalasi yang menggambarkan betapa aktivitas dengan teknologi tak terasa menyita waktu. Bahkan aktivitas itu mencaplok jeda istirahat dan kita rela bertahan dengan segala cara.
Lebih jauh Tromarama melakukan eksplorasi lewat tiga stereolitograf yang dibuat dari resin berwujud tiga muka yang seperti tertekuk-tekuk berjudul SP-01, SP-02, dan SP-03. Dalam karya lain berjudul The Absence of Absent #2, mereka menampilkan cetakan dari catatan kehadiran yang berbentuk seperti rangkaian pipa di besi. Karya dengan materi mesin waktu presensi manual juga ditampilkan dalam judul All In. Berdiri tegak setinggi orang dewasa, karya ini memiliki jam di atasnya dan kalender jadul sebagai penanda kehadiran.
Di bawah tangga menuju lantai 2, terdapat sebuah layar video yang cukup besar dengan konten seperti game dengan sosok yang bergerak-gerak. Beberapa pengunjung muda tampak menikmati konten animasi tiga dimensi berdurasi 4 menit 31 detik itu. Karya ini seperti memanjakan pengunjung yang bisa duduk-duduk di kantong malas. Kenyamanan bermain dengan teknologi.
a Patgulipat dalam pameran Personalia karya kelompok seni Tromarama di Roh Gallery, Jakarta, 2 September 2022. TEMPO/Haninda Hasyafa
Yang menjadi semacam intisari karya Tromarama terdapat dalam karya arena bermain yang dibikin menggantung. Mereka menamainya Patgulipat. Biasanya arena bermain ini menjadi wahana favorit anak-anak untuk bermain di kolam bola. Belasan helm pekerja berwarna kuning menggantung di tali-tali dan beberapa pengeras suara diletakkan di dalamnya, mengelilingi wahana tersebut. Tromarama melakukan pengaturan sedemikian rupa dengan komputer personal mini dan peranti lunak yang membuat wahana tersebut mengembang selama 60 detik dan berhenti dengan jeda 40 detik.
Dengan wahana bermain, juga helm-helm pekerja ini, Tromarama ingin menarasikan fenomena media sosial dalam keseharian kita. Herbert Hans terinspirasi anaknya yang tengah bermain di wahana seperti itu dengan penuh kesenangan dan keceriaan, tanpa pretensi. Sedangkan ketika hal itu ditarik ke dunia orang dewasa, saat sejenak rehat dari pekerjaan, manusia-manusia ini biasanya akan langsung membuka akun media sosial dan “bermain” dengan senang hati, berinteraksi. Mereka tak menyadari bahwa saat menggunakan media sosial alias medsos pun mereka tetap bekerja. “Jadi seharusnya kita rehat tapi kita main medsos, ini yang tidak kita sadari bahwa kita adalah free labor,” ujar Herbert. Teknologi seperti tak memberi ruang jeda.
Selama enam bulan riset dan dua bulan berikutnya, Tromarama menggarap ke-18 karyanya. Termasuk beberapa karya panel bercorak bunga anggrek. Bunga yang senantiasa hadir di kantor-kantor. Bunga-bunga ini tak pernah tampak layu. Begitu sedikit terlihat layu, bunga itu akan digantikan anggrek lain yang lebih segar. Seperti para pekerja yang selalu terhubung dengan teknologi.
Begitu offline, mereka akan kehilangan nilai produktivitasnya. Demikian pula ketika berpuasa media sosial atau tak lagi terhubung dengan teknologi, seolah-olah mereka ditarik ke sebuah lorong waktu dan tertinggal di dalamnya. Sebuah situasi yang berkelindan, yang saling mendorong dan menarik, menciptakan batas-batas yang makin tak jelas.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo