Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung- Kalangan seniman angkatan 1979 Institut Teknologi Bandung (ITB) menghelat pameran bersama di Galeri Soemardja sejak 27 Agustus hingga 9 September 2024. Berjudul 1979: Sekian Purnama Setelah Pancaroba, kekaryaannya menampilkan beragam bentuk seni rupa. Seniman terkenal seperti Agus Suwage dan Tisna Sanjaya misalnya, menampilkan kekaryaan terbarunya di kanvas.
Pameran Seni Rupa Karya Terbaru Alumni ITB
Lukisan Agus Suwage menampilkan sosok Mahatma Gandhi dengan sapuan cat minyak bernuansa hitam putih pada kanvas berukuran 120 x 150 sentimeter. Gambarnya yang berjudul Gandhi itu disertai kalimat kutipan, “Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony.” Tulisannya yang berhuruf kapital dibuat dengan cara dibordir memakai benang putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara Tisna Sanjaya juga menampilkan lukisannya yang bernuansa hitam putih dengan cat minyak berjudul Dinasti Oligarki dan 9 Naga buatan 2023-2024 . Pada kanvas berukuran 180 x 140 sentimeter dia menggambarkan antrian makan siang gratis yang mengular panjang bernuansa hitam putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karya Agus Suwage dan Tisna Sanjaya dan beberapa rekan seniman lainnya, menurut salah seorang kurator pameran Zusfa Roihan, termasuk kelompok yang mengangkat konteks keseharian dan berbagai peristiwa sosial. “Merupakan ikhtiar dari para seniman ini menjaga kewarasan untuk terus kritis pada kondisi dan peristiwa yang berkembang,” ujarnya, Jumat 30 Agustus 2024. Termasuk dalam kelompok itu karya Elise Setyo, Ferry SA, Hermanto GS, Irawan Karseno, Ray Bachtiar Dradjat, Rinaldhy Anwar, Siti Sundari, dan Wieke Tasman.
Lukisan berjudul Gandhi karya Agus Suwage di Galeri Soemardja ITB, Jumat 30 Agustus 2024. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Metode Formalistik Berbentuk Material
Seniman lain menurut Zusfa, cenderung melakukan pendekatan dengan metode formalistik yang condong pada bentuk dan material atau bahan. Gaya itu merujuk pada pendekatan abstrak pada medium seni lukis dan patung. Misalnya pada karya Adang Supria, Satiamarwan, Siswandi Djoko Muryono, Soetrisno, Taat Joeda, dan Teddy Suchyar. Sementara Arahmaiani, Djoko Sadono, Donny Gardadi, Hilman Syafriadi, dan Marintan Sirait, cenderung menggunakan barang temuan dan olahan, serta meluaskan aspek seni rupa.
Sementara dua kurator lainnya, Danuh Tyas dan Dewi Zahra Safitri menulis, seniman yang sejak 1979 kuliah di ITB itu tumbuh di masa pancaroba setelah kemunculan Gerakan Seni Rupa Baru pada 1975-1979. Saat itu muncul keresahan dari kalangan mahasiswa seni ITB mengenai konsep-konsep seni yang dinilai telah usang dan mengekang. Kemudian mereka berkarya lewat eksperimentasi bahasa ungkap, medium, dan material. Batasan antar cabang seni juga ikut dicairkan sehingga karya seni rupa bergabung dengan seni musik, puisi, dan teater, sambil mengangkat tema yang terkait dengan politik, ekonomi, sosial, budaya.
Pilihan Editor: Mengenang Suyadi dan Karya Warisannya di Galeri Soemardja ITB