Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Seniman Tisna Sanjaya Berkreasi di Gedung Heritage Hancur

Menurut kurator pameran Agung Hujatnikajennong, sudah setahun ini Tisna Sanjaya bolak-balik ke gedung itu.

21 Desember 2020 | 15.38 WIB

Pameran tunggal lukisan Tisna Sanjaya berjudul Dian Lentera Budaya di gedung cagar budaya bekas bioskop Dian dekat Alun-alun Bandung sejak 20 Desember 2020 hingga 28 Januari 2021. TEMPO/PRIMA MULIA
Perbesar
Pameran tunggal lukisan Tisna Sanjaya berjudul Dian Lentera Budaya di gedung cagar budaya bekas bioskop Dian dekat Alun-alun Bandung sejak 20 Desember 2020 hingga 28 Januari 2021. TEMPO/PRIMA MULIA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Seniman Tisna Sanjaya menggelar pameran tunggal lukisan berjudul Dian Lentera Budaya mulai 20 Desember 2020 hingga 28 Januari 2021. Pembukaan acaranya diawali dengan performance art di sebuah bangunan cagar budaya (heritage) yang kondisinya hancur. Gedung itu bekas bioskop Dian yang dibangun pada 1930 di samping pendopo atau rumah dinas Walikota Bandung sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut kurator pameran Agung Hujatnikajennong, sudah setahun ini Tisna bolak-balik ke gedung itu. Dari luar, bangunan itu terlihat masih kokoh berdiri dengan pintu teralis di gerbang masuknya. Beberapa gerobak kuliner berderet di teras depan seperti menjadi pagar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun ketika masuk ke dalam gedung, kata Agung, mereka berhadapan dengan tempat yang kotor, bau, penuh sampah, juga bangkai hewan. “Pak Tisna mengajak kita untuk melihat kembali dan merawat tempat ini bersama,” ujarnya Sabtu, 19 Desember 2020.

Upayanya dengan cara menggelar karya seni setelah bergotong royong bersama warga sekitar membersihkan ruangan yang sebelumnya pernah dipakai untuk tempat sewa bermain futsal itu. Sisa kehancuran gedung itu masih terlihat di langit-langit. Penutupnya banyak yang telah copot meninggalkan rangka logamnya.

Adapun sebagian yang masih menempel beberapa lembar penutupnya telah melambai-lambai tertiup angin dari jendela-jendela yang bolong. Kesan kumuh dan suram belum lenyap seluruhnya di dalam ruangan.
Beratap melengkung, gedung itu dari dalam seperti hanggar pesawat berukuran kecil. Luasnya sekitar lapangan basket dengan lantai berlapis tegel warna kelabu gelap.

Pada bagian kedua sisi ruangan yang memanjang, panitia memasang papan partisi untuk menggantung 15 lukisan Tisna yang hampir semuanya berukuran 2 x 2 meter. “Lukisan-lukisan itu tekniknya dengan cetak tubuh, ada juga yang drawing (gambar),” kata Tisna, Sabtu, 19 Desember 2020.

Sekitar 90 persen lukisannya dibuat Tisna sebelum masa pandemi Covid-19. Karya terbarunya dua lukisan hasil kolaborasi dengan seorang geolog di sebuah pegunungan di Sumedang, Jawa Barat. Menurut Tisna, lukisan cetak tubuh merupakan hasil pengembangan karyanya dari seni cetak grafis yang dipelajarinya di Intitut Teknologi Bandung hingga studi lanjutan di Jerman beberapa tahun lalu.

Dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB itu membuat performance art untuk pembukaan pamerannya yang dilakukan secara daring, Ahad, 20 Desember 2020. Temanya tentang situasi pandemi juga kondisi gedung cagar budaya yang menjadi lokasinya berpameran. Dari tempat yang terbengkalai itu, Tisna ingin mendorong perubahan mulai skala lokal hingga global lewat gerakan seni dan budaya.

ANWAR SISWADI

Istiqomatul Hayati

Istiqomatul Hayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus