Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kelompok seniman grafis di Bali dan Yogyakarta berpameran karya dengan tajuk Tarung Grafis di Bandung sejak Jumat, 13 Mei hingga 5 Juni 2022. Dewan juri juga menilai puluhan karya yang dipajang di Galeri Lawangwangi, Bandung, itu untuk menetapkan tiga pemenang. Juara pertama diraih Putra Wali Aco dari Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karya seni grafisnya itu berjudul Ramayana I yang dicetak dua edisi. Berukuran 70 x 100 sentimeter, dia menggunakan teknik cetak dalam alias intaglio. "Secara teknis dan konten bagus, identitas tradisi karyanya disusun seperti naskah daun lontar, " kata anggota dewan juri Asmudjo Jono Irianto, Jumat malam 13 Mei 2022. Juara pertama membawa pulang hadiah berupa mesin etsa ukuran 40x80 sentimeter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juara kedua Fitri DK asal Yogyakarta yang mendapatkan hadiah mesin etsa ukuran 35x60 sentimeter. "Mesin ini akan saya pakai di komunitas seni saya," ujarnya. Pada pameran itu, Fitri membuat karya grafis berteknik linocut dan woodcut yang kemudian dirangkai sebagai seni instlasi berjudul Ada Do'a di Mana-mana.
Pemenang ketiga Windi Delta dari Yogyakarta yang memboyong pulang mesin etsa berukuran 25x45 sentimeter. Karyanya berjudul Hello World! yang menggunakan teknik stensil, sablon, pada kertas berukuran 114 x 70 sentimeter. Mereka terpilih dari hasil penjurian yang dilaksanakan pada 12 Mei 2022. Dewan jurinya yaitu Andonowati dari Lawang wangi, kurator Asmudjo J. Irianto, dan Tisna Sanjaya, serta Konfir Kabo, dan Simon Tan.
Pameran Tarung Grafis di Galeri Lawangwangi Bandung berlangsung 13 Mei hingga 5 Juni 2022. (ANWAR SISWADI)
Pameran karya seni grafis dua kubu itu total melibatkan 26 orang seniman. Idenya menurut Asmudjo, berawal dari perdebatan sengit di WhatsApp Group bernama Sontoloyo yang berisi para seniman juga kolektor. Topik argumentasi yang memuncak itu soal karya yang disebut seni grafis oleh Syahrizal Pahlevi dari Yogyakarta dan Devy Ferdianto yang kini bermukim di Ubud, Bali.
Pada perdebatan yang sengit itu muncul istilah konvensi dan expanded. Kubu seniman grafis Bali cenderung beraliran konvensi teknik dan edisi yang cukup ketat. Sementara kubu penggrafis Yogyakarta condong ke istilah expanded karena melakukan terobosan, penyeberangan seni grafis sesuai dorongan yang selalu hidup dalam diri seniman, khususnya di era seni rupa kontemporer.
Kelompok seniman Yogyakarta pada pameran Tarung Grafis yaitu Agung Pekik, Angga Sukma Permana, Ariswan Adhitama, Fakri Syahrani, Fitri Dwi Kurniasih, Jajang Kawentar, Putra Eko Prasetyo, Reno Megy Setiawan, Syahrizal Pahlevi, Windi Delta, Yassir Malik, Yanwar Nugroho, dan Yanal Desmond Zendrato.
Rombongan seniman Bali yaitu Agugn Prabowo, Chusin Setiadikara, Dewa Made Johana, Devy Ferdianto, Handy Saputra, Ida Bagus Putu Purwa, I Made Wiradana, I Made Palguna, Irene Febry, Kadek Dwi Darmawan, Putra Wali Aco, Satria Nugraha, dan Wayan Upadana.
ANWAR SISWADI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.