Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETELAH diterima di sekolah elite dengan beasiswa, Rinrada (Plearnpichaya Komalarajun) lekas belajar bahwa otak brilian saja tak cukup untuk membuat terang masa depannya. Misalnya, dia harus menerima bahwa kerabat kepala sekolah bisa mendapat peluang lebih untuk dinominasikan sebagai penerima beasiswa kuliah ke luar negeri dibanding dirinya yang peringkat pertama. Lynn—panggilan akrabnya—juga melihat bagaimana sekolah senang membenturkan siswa-siswa pintar, miskin, dan lurus, tapi membiarkan saja mereka yang mampu membayar. Maka kecemerlangan otaknya digunakan Lynn untuk mencurangi sistem korup itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo