Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Syekh Yusuf Al-Makassari merupakan salah satu sosok yang turut serta melawan penjajahan Belanda, khususnya di Sulawesi Selatan. Selain itu, pemillik nama lengkap Syaikh Yusuf Abu Mahasin Hadiyatullah Taj al-Khalwati al-Makassari merupakan seorang ulama, mufti, dan seorang penulis. Di akhir hayatnya, Syekh Yusuf Al-Makassari wafat di negeri pengasingan, tepatnya di Afrika Selatan, sebagai seorang buangan kompeni Belanda.
Melansir dari eprints.radenfatah.ac.id, Syekh Yusuf Al-Makassari lahir pada 8 Syawal 1036 Hijriah atau 3 Juli 1629 di Gowa, Sulawesi Selatan. Syekh Yusuf Al-Makassari juga merupakan sahabat dari Sultan Ageng Tirtayasa (Abdul Fatah) dari Kasultanan Banten. Untuk merekatkan hubungan dengan Sultan Ageng ini, Syekh Yusuf menikah dengan putri Sultan Ageng. Dari pernikahannya ini Syekh Yusuf dikaruniai dua putera bernama pangeran Purbaya dan ‘Abd al- Qahhar
Dikutip dari direktoratk2krs.kemsos.go.id, semasa kecilnya, Syekh Yusuf telah mempelajari ilmu tasawuf hingga mendapatkan gelar Kahlwati Hidayatullah. Beberapa ilmu tasawuf yang dikuasainya antara lain Kadiriyah, Nasabandiyah, Syatariyah, Ba’lawiyah, dan Khalwatiyah. Untuk mendalami ilmu tasawufnya, Syekh Yusuf telah melakukan perjalanan mengembara ke berbagai daerah, baik dalam negeri maupun luar negeri, mulai dari Banten, Aceh, Yaman, Madinah, hingga Suriah.
Keahliannya di bidang ilmu tasawuf membuat Syekh Yusuf menjadi sosok ulama besar di Madinah. Syekh Yusuf dikenal sebagai guru tasawuf yang mengampu banyak murid dari berbagai penjuru dunia. Atas permintaan Sultan Ageng, Syeikh Yusuf akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia khususnya ke Banten untuk membantu Sultan Ageng melawan penjajah Belanda. Syekh Yusuf menjadi sosok panglima perang yang disegani kala itu.
Untuk menangkap sosok Syekh Yusuf, Belanda akhirnya membuat sayembara untuk menangkapnya. Akhirnya, penjajah Belanda berhasil menangkap Syekh Yusuf dan menjebloskannya ke penjara. Dari penjara Batavia, Syekh Yusuf kemudian dibuang ke Sri Lanka pada 1684. Di Sri Langka ia masih aktif untuk menyebarkan agama Islam dan memiliki ratusan pengikut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengasingan Syekh Yusuf tidak berhenti disitu saja, ia juga diasingkan di Cape Town, Afrika Selatan dan meninggal di sana pada 23 Mei 1699, di usia 72 tahun. Di Afrika ia tetap berdakwah dan memiliki banyak pengikut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, menjadikannya role model dalam melawan apartheid. dari pemerintah Afrika Selatan ia juga diberi gelar pahlawan pada 23 September 2005. “Salah Seorang Putra Afrika Terbaik” oleh mantan Presiden Nelson Mandela. Karena dikenal sebagai sosok ulama besar, makamnya masih ramai dikunjungi banyak orang hingga saat ini.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca: Syekh Yusuf Menjadi Role Model Nelson Mandela Melawan Apartheid
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.