Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejarah Syekh Yusuf, ulama asal Makassar tak bisa dipisahkan dari 23 Mei. Pada tanggal tersebut, Syekh Yusuf meninggal dunia di tanjung Kaap de Goede Hoop (sekarang Cape Town) di Afrika Selatan pada 1699.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meninggalnya Syekh Yusuf pada 23 Mei telah menjadi momen penting yang diperingati dalam rangka mengenang jasa-jasanya sebagai tokoh perjuangan. Tanggal ini juga menjadi simbol keberanian, ketekunan, dan semangat perlawanan yang diperjuangkan oleh Syekh Yusuf dalam mempertahankan ajaran Islam dan melawan penjajahan Belanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syekh Yusuf adalah seorang tokoh yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam konteks perjuangan melawan penjajahan Belanda, di Sulawesi Selatan. Ia dikenal sebagai seorang ulama, pemimpin agama, dan pejuang yang berperan aktif dalam perlawanan melawan kolonialisme Belanda pada abad ke-17. Syekh Yusuf digelari Tuanta Salamaka ri Gowa oleh pendukungnya di kalangan rakyat Sulawesi Selatan.
Syekh Yusuf lahir di Gowa, Makassar pada 3 Juli 1626, kemudian dikenal dengan nama Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani. Ketika lahir ia dinamakan Abadin Tadia Tjoessoep atau Muhammad Yusuf, nama yang diberikan Raja Gowa Sultan Alauddin, penguasa Gowa pertama yang beragama Islam , yang juga kerabat Aminah, ibu Syekh Yusuf.
Melansir kamparkab.go.id, Pada 1644, Syekh Yusuf melakukan perjalanan ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia) untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Syekh Yusuf Al-Makassari juga merupakan sahabat dari Sultan Ageng Tirtayasa (Abdul Fatah) dari Kasultanan Banten. Untuk merekatkan hubungan dengan Sultan Ageng ini, Syekh Yusuf menikah dengan putri Sultan Ageng. Dari pernikahannya ini Syekh Yusuf dikaruniai dua putera bernama pangeran Purbaya dan ‘Abd al- Qahhar
Ia pernah menetap di wilayah Surabaya dan kemudian menjadi pemimpin spiritual di Kesultanan Banten. Di sana, ia mendapat pengikut yang banyak dan memainkan peran penting dalam memperkuat dan mengembangkan Islam di wilayah tersebut.
Namun, pada 1683, Belanda menyerang dan menaklukkan Kesultanan Banten. Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke tanjung Kaap de Goede Hoop (sekarang Cape Town) di Afrika Selatan bersama dengan keluarganya dan sejumlah pengikutnya. Selama di pengasingan, Syekh Yusuf terus berjuang untuk mempertahankan ajaran Islam dan semangat perlawanan terhadap penjajah.
Syekh Yusuf meninggal dunia pada tanggal 23 Mei 1699 di tanjung Kaap de Goede Hoop. Meskipun telah meninggalkan Indonesia, warisannya tetap hidup dalam perjuangan melawan penjajahan dan sebagai tokoh yang menginspirasi perlawanan untuk kemerdekaan di kemudian hari. Beliau dihormati sebagai pahlawan nasional di Indonesia dan pengaruhnya terhadap perjuangan kemerdekaan tetap dirayakan hingga saat ini.
Selanjutnya: Nelson Mandela mengagumi Syekh Yusuf
Nelson Mandela Mengagumi Syekh Yusuf
Profil Syekh Yusuf mencerminkan pentingnya perjuangan agama, keadilan, dan kemerdekaan. Sebagai seorang ulama dan pejuang, ia memiliki peran yang sangat signifikan dalam mengembangkan dan memperjuangkan ajaran Islam di Indonesia serta menginspirasi perlawanan terhadap penjajahan. Warisannya yang berharga terus menjadi sumber inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya dalam perjuangan melawan penindasan dan dalam menjaga keutuhan agama dan bangsa.
Dalam buku Syekh Yusuf Makassar: Ulama, Sufi Pejuang (Obor, 1994) oleh Abu Hamid diceritakan, ia adalah peletak dasar Islam di Afrika Selatan. Hal ini lantaran, di Afrika Selatan, ia membawa banyak perubahan dan mengispirasi lewat ajaran-jarannya. Ia bersama murid-muridnya yang juga ulama memberi pengajaran kepada para budak dan tawanan perang soal konsepsi Islam dan kemanusiaan secara umum.
Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan dan pahlawan perjuangan anti-apartheid, mengakui peran dan dedikasi Syekh Yusuf dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda di Afrika Selatan.
Nelson Mandela, menjadikannya role model dalam melawan apartheid. dari pemerintah Afrika Selatan ia juga diberi gelar pahlawan pada 23 September 2005. “Salah Seorang Putra Afrika Terbaik” oleh mantan Presiden Nelson Mandela.
Mandela menghormati Syekh Yusuf sebagai seorang pejuang yang gigih dan pemimpin spiritual yang berani. Ia mengapresiasi keberanian Syekh Yusuf dalam mempertahankan ajaran Islam dan semangat perlawanan terhadap penindasan kolonial. Mandela menganggap Syekh Yusuf sebagai salah satu pahlawan kemerdekaan yang menginspirasi perjuangan untuk kebebasan dan kesetaraan.
Pandangan Mandela tentang Syekh Yusuf mencerminkan penghargaannya terhadap perjuangan dan pengorbanan tokoh-tokoh seperti Syekh Yusuf dalam memperjuangkan hak asasi manusia, keadilan, dan martabat manusia. Melalui pengagumannya terhadap Syekh Yusuf, Mandela juga ingin menegaskan pentingnya persatuan dan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, termasuk kolonialisme dan rasisme.
Pengakuan dan pengaguman Nelson Mandela terhadap Syekh Yusuf memperkuat arti dan warisan perjuangan yang diwariskan oleh tokoh tersebut. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya kesatuan dalam perjuangan melawan penindasan dan untuk mencapai keadilan dan kebebasan bagi semua orang.
Pilihan Editor: Syekh Yusuf Menjadi Role Model Nelson Mandela Melawan Apartheid
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.