Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Rachman Sabur berkecimpung di kampus ISBI Bandung sejak mulai kuliah pada 1979 dan ikut mendirikan Teater Payung Hitam di sana pada 1982.
Dia menulis naskah teater Wawancara dengan Mulyono yang dilarang pentas di kampus ISBI Bandung.
Rachman mengatakan baru kali ini kelompok teaternya dilarang berpentas di rumah sendiri.
PENTAS drama Wawancara dengan Mulyono gagal digelar. Rencananya Teater Payung Hitam memainkan lakon itu di Institut Seni Budaya Indonesia atau ISBI Bandung, Jawa Barat, pada Sabtu dan Ahad, 15-16 Februari 2025. Namun, pada hari pementasan, studio teater yang menjadi ruang pementasan digembok pengelola kampus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rachman Sabur, 67 tahun, menjadi orang yang paling kecewa akan larangan berkesenian tersebut. Sutradara sekaligus aktor teater ini ikut mendirikan Teater Payung Hitam saat masih kuliah di ISBI Bandung—dulu Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI)—pada 1982.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia adalah penulis naskah Wawancara dengan Mulyono dan dipersiapkan menjadi aktor bersama Tony Supartono alias Tony Broer dalam pementasan yang dibatalkan tersebut. Mulyono adalah nama kecil Presiden Joko Widodo.
Berikut ini wawancara dengan Rachman yang dikompilasi dari beberapa pertemuan pada 13-19 Februari 2025.
Bagaimana ide pembuatan Wawancara dengan Mulyono muncul?
Sebelum Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Itu hasil riset saya setiap hari melihat media sosial, media massa, dan obrolan. Jadi saya hanya merangkai kata-kata yang sudah ada.
Kapan Anda mulai menulisnya?
Sekitar November sampai Desember 2024. Naskah Wawancara dengan Mulyono itu teks terbaru yang saya bikin.
Apa yang memicu Anda menuliskannya?
Kemarahan yang luar biasa. Bagaimana Mulyono membodoh-bodohi rakyat. Dari awal seperti mobil Esemka sampai Ibu Kota Nusantara, banyak yang tipu-tipu. Saya kira bukan cuma saya yang punya kemarahan luar biasa. Banyak sekali. Bedanya, kemarahan saya dikompensasi dalam bentuk naskah. Wawancara dengan Mulyono diharapkan menjadi bahan renungan, bahan pembersihan diri dengan pikiran sehat dan tidak emosional.
Mengapa Anda memilih peran sebagai jurnalis amatir?
Agar bisa leluasa. Dalam teks, ada dua opsi. Sosok Mulyono bisa dihadirkan secara imajiner atau nyata. Bisa juga dibalik, yaitu pewawancara bertanya dengan bahasa tubuh, sementara jawaban Mulyono pakai bahasa verbal. Banyak opsi untuk menggarap naskah ini.
Bagaimana Anda menanggapi pelarangan pentas oleh rektorat ISBI Bandung?
Penjelasan rektor hanya omong kosong. Selama saya di kampus ini, belum pernah pementasan harus ada izin rektor. Saya mengirim surat permohonan izin pada 9 Januari, kemudian baru diperkarakan pada 9 Februari 2025. Saya berbicara dengan Ketua Jurusan Teater. Belum habis saya menjelaskan, sudah dipotong. Saya coba menjelaskan lagi, tapi dipotong lagi. Saya langsung berdiri. Saya memaki-maki juga.
Saat itu kampus menyatakan tidak memberi izin?
Tidak ada. Dari dulu penggunaan studio tidak pernah memerlukan izin. Kalau kosong, kami pakai. Biasanya begitu. Tidak harus ada izin dari jurusan. Saya juga pernah menjadi kepala studio teater. Studio itu utamanya memang untuk perkuliahan dan ujian, termasuk pertunjukan.
Kapan Anda mengetahui pertunjukan itu dilarang?
Awalnya mereka tidak mau mengatakan melarang. Kata pelarangan baru muncul ketika ada press release ISBI Bandung pada 16 Februari 2025. Saya sejak jauh hari meminta surat pelarangan, tapi surat itu enggak pernah keluar.
Selain mempersoalkan perizinan, rektorat mempermasalahkan konten naskah. Tanggapan Anda?
Naskah bisa dibaca. Enggak ada apa-apa. Tapi mereka mengatakan ada unsur SARA (suku, agama, ras, antargolongan), pemecah belah bangsa, dan politik. Ini apa, sih? Yang ngomong itu akademikus. Ada doktor, ada juga profesor. Menurut saya, pernyataan itu sangat menyesatkan. ●
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo