KABUT SUTRA UNGU
Sutradara/Skenario: Sjumandjaya
Pemain: Jenny Rachman, Roy Marten, El Manik, Rima Melati, Maruli
Sitompul, dan lain-lain.
MIRANTI (Jenny Rachman) kehilangan suaminya. Pilot itu mati
karena pesawatnya jatuh. Sebagai janda dengan 2 orang anak, ia
jadi korban gosip kirikanan. Dicemburui para istri. Jadi incaran
para suami mata-keranjang.
Suami sahabat baik Miranti, misalnya, sempat dibuat tergila-gila
oleh kecantikannya. Sehingga persahabatan mereka menjadi rusak.
Dan seorang remaja, anak tetangga. tiba-tiba berada dalam kamar
Miranti dan mencoha memperkosanya karena menganggap sang janda
tentulah kesepian.
Tapi Miranti -- agaknya inilah misi film ini -- digambarkan
tetap bertahan sampai akhirnya ia mau menerima cinta. Dimas (Roy
Marten), adik kandung almarhum suaminya. Maka lengkaplah sudah
pesan itu tidak semua janda patut dicurigai. Tidak semua janda
menjadi 'tante girang' yang haus seks. Cerita yang diangkat dari
novel KabMt Sutra Ungu karya Ike Supomo ini berkisah di
situ-situ saja. Tapi Sjuman Djaja membuatnya menjadi film
panjang -- 3 jam. Berjalan lamban, film ini memakai beberapa
kali fas back yang sebaiknya dibuang saja.
Namun dengan film sepanjang itu, sang sutradara betul-betul
telah mengeluarkan seluruh kemahirannya. Juga sebagai
organisator. Beberapa eksperimen tampak dilakukannya.
Sjuman membuat para pemain tampil secara wajar dan mengesankan.
Hingga Jenny Rachman dalam FFI 80 berhasil meraih Citra sebagai
pemeran utama wanita terbaik. Setidaknya, Sjuman telah memberi
kesempatan besar.
Eksperimen Sjuman dengan membidikkan kamera statis selama
sekitar 5 menit (700 feet) tanpa cut pada adegan ketika Jenny
bicara pada El Manik, tidak membosankan. Karena Jenny yang jadi
tumpuan eksperimen ini bermain baik sekali. Hafalannya dan
penjiwaannya pada dialog yang panjang, yang menuntut
perubahan-perubahan ekspresi, sungguh mulus.
Tapi adegan makan, yang diambil dengan kamera yang berputar
makin lama makin cepat, hanya bikin pusing saja. Tidak efektif.
Selain untuk Jenny, piala Citra yang dihasilkan film ini ialah
juga untuk sinefotografi (Leo Fiole) teknik rekaman suara
(Suparman Sidik) dan penataan musik (Sudharnoto). Yang terakhir
itu agak mengherankan memang.
Yudhistira ANM Massardi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini