Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Tidak semua janda...lho?

Sutradara: syumandjaya pemain: jenny rachman, roy marten, el manik, rima melati, maruli sitompul resensi oleh: yudhistira anm massardi. (fl)

17 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABUT SUTRA UNGU Sutradara/Skenario: Sjumandjaya Pemain: Jenny Rachman, Roy Marten, El Manik, Rima Melati, Maruli Sitompul, dan lain-lain. MIRANTI (Jenny Rachman) kehilangan suaminya. Pilot itu mati karena pesawatnya jatuh. Sebagai janda dengan 2 orang anak, ia jadi korban gosip kirikanan. Dicemburui para istri. Jadi incaran para suami mata-keranjang. Suami sahabat baik Miranti, misalnya, sempat dibuat tergila-gila oleh kecantikannya. Sehingga persahabatan mereka menjadi rusak. Dan seorang remaja, anak tetangga. tiba-tiba berada dalam kamar Miranti dan mencoha memperkosanya karena menganggap sang janda tentulah kesepian. Tapi Miranti -- agaknya inilah misi film ini -- digambarkan tetap bertahan sampai akhirnya ia mau menerima cinta. Dimas (Roy Marten), adik kandung almarhum suaminya. Maka lengkaplah sudah pesan itu tidak semua janda patut dicurigai. Tidak semua janda menjadi 'tante girang' yang haus seks. Cerita yang diangkat dari novel KabMt Sutra Ungu karya Ike Supomo ini berkisah di situ-situ saja. Tapi Sjuman Djaja membuatnya menjadi film panjang -- 3 jam. Berjalan lamban, film ini memakai beberapa kali fas back yang sebaiknya dibuang saja. Namun dengan film sepanjang itu, sang sutradara betul-betul telah mengeluarkan seluruh kemahirannya. Juga sebagai organisator. Beberapa eksperimen tampak dilakukannya. Sjuman membuat para pemain tampil secara wajar dan mengesankan. Hingga Jenny Rachman dalam FFI 80 berhasil meraih Citra sebagai pemeran utama wanita terbaik. Setidaknya, Sjuman telah memberi kesempatan besar. Eksperimen Sjuman dengan membidikkan kamera statis selama sekitar 5 menit (700 feet) tanpa cut pada adegan ketika Jenny bicara pada El Manik, tidak membosankan. Karena Jenny yang jadi tumpuan eksperimen ini bermain baik sekali. Hafalannya dan penjiwaannya pada dialog yang panjang, yang menuntut perubahan-perubahan ekspresi, sungguh mulus. Tapi adegan makan, yang diambil dengan kamera yang berputar makin lama makin cepat, hanya bikin pusing saja. Tidak efektif. Selain untuk Jenny, piala Citra yang dihasilkan film ini ialah juga untuk sinefotografi (Leo Fiole) teknik rekaman suara (Suparman Sidik) dan penataan musik (Sudharnoto). Yang terakhir itu agak mengherankan memang. Yudhistira ANM Massardi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus