Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perayaan Peh Cun yang digelar Perkumpulan Klenteng Boen Tek Bio, Kota Tangerang, Banten, memiliki beragam prosesi dengan simbolisme yang kuat. Salah satunya ritual memandikan perahu. Tradisi ini dilakukan sebelum memasuki puncak Festival Perahu Naga pada tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Konghucu, yang jatuh pada 9-10 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga keturunan Tionghoa melakukan sembahyang dan doa sebelum mengikuti ritual memandikan perahu di Pendopo Peh Cun, Karawaci, Tangerang, Banten, 9 Juni 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prosesi memandikan perahu ini dilakukan pada malam hari, Minggu, 9 Juni lalu. Pada pukul 23.00 WIB, mereka membacakan doa Piau Bun, yang dilanjutkan dengan sembahyang Samkai. Sembahyang Samkai dilakukan untuk memohon kepada Tuhan agar kegiatan ini berjalan lancar, mengungkapkan syukur, serta meminta bantuan dan berkah atas acara yang diselenggarakan.
Sejumlah warga keturunan Tionghoa mengikuti ritual memandikan perahu di Pendopo Peh Cun, Karawaci, Tangerang, Banten, 9 Juni 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Selanjutnya, pada Senin, 10 Juni lalu, Perkumpulan Klenteng Boen Tek Bio melaksanakan sembahyang Yue ketika posisi matahari tegak lurus dengan bumi. Pada saat itu bumi memiliki energi besar, yang dipercayai, di antaranya, dapat membuat telur berdiri sehingga diadakan ritual mendirikan telur. Hari itu juga diyakini sebagai hari yang membawa berkah.
Sejumlah warga keturunan Tionghoa mengikuti ritual memandikan perahu di Pendopo Peh Cun, Karawaci, Tangerang, Banten, 9 Juni 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Ada pula ritual pelemparan bacang dan tabur bunga yang menjadi pengingat bahwa festival Peh Cun dilangsungkan untuk mengenang jasa Qu Yuan, tokoh penting di Dinasti Chu. Qu Yuan, yang juga dikenal sebagai sastrawan dan budayawan, meninggal ketika melawan agresi negara Qin. Bacang dilemparkan ke sungai untuk mengalihkan perhatian makhluk di dalamnya agar tidak memakan jenazah Qu Yuan. Prosesi tabur bunga disimbolkan sebagai ziarah untuk mengenang Qu Yuan.
Warga keturunan Tionghoa melakukan pelemparan bakcang dan tabur bunga di Topekong Air Sungai Cisadane, Tangerang, Banten, 10 Juni 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Agenda lainnya adalah lomba menangkap dan melepas bebek. Berdasarkan kepercayaan Tionghoa, bebek dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat negatif dalam diri. Lomba ini diawali dengan menangkap bebek, kemudian dilepaskan kembali. Ini merupakan simbol untuk melepaskan atau membuang hal-hal buruk.
Warga keturunan Tionghoa mendirikan telur saat mengikuti acara perayaan Festival Perahu Naga Peh Cun 2575/2024 di Topekong Air Sungai Cisadane, Tangerang, Banten, 10 Juni 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Selain itu, ada pertunjukan gambang kromong dan aksi bersih-bersih Sungai Cisadane. Adapun lomba perahu dilaksanakan pada 15 Juni dan babak finalnya pada 16 Juni. Lomba perahu naga dan perahu papak berlangsung di Sungai Cisadane, Tangerang.
Bagi masyarakat Cina Benteng, Tangerang, perayaan ini merupakan tradisi rutin yang diselenggarakan setiap tahun.
Tradisi tangkap bebek di Sungai Cisadane, Tangerang, Banten, 10 Juni 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Lomba balap perahu naga dalam rangkaian perayaan Peh Cun di Sungai Cisadane, Tangerang, Banten, 15 Juni 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Teks dan Foto: TEMPO/Martin Yogi Pardamean
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo