Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Berita Tempo Plus

Yang Tersentuh Sayap Jibril

Buku tentang Iqbal yang mengulas hal-hal yang belum tersentuh pengarang lainnya.

6 Juni 2005 | 00.00 WIB

Yang Tersentuh Sayap Jibril
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sayap Jibril: Gagasan Religius Muhammad Iqbal Pengarang: Annemarie Schimmel Penerjemah: Shohifullah Penerbit: Lazuardi

Muhammad Iqbal bukanlah seorang nabi, tapi dia telah berkhotbah dengan puisi-puisinya yang membuka mata hati manusia. Karya dan kepribadiannya mengandung semua elemen yang berbeda-beda: dari konservatisme dan liberalisme, dari pengalaman religius kewahyuan dan mistis, dari ortodoksi dan heterodoksi. Kemasyhurannya menyebar cepat justru setelah dia wafat.

Sayap Jibril: Gagasan Religius Muhammad Iqbal adalah terjemahan dari Gabriell's Wing: A Study into the Religions Ideas of Sir Muhammad Iqbal karya Annemarie Schimmel. Buku ini mencoba memperlihatkan pandangan Muhammad Iqbal tentang hal-hal yang esensial dalam Islam. Rukun Islam yang lima dan syahadat di antaranya. Buku ini punya kekayaan lebih. Sejauh ini belum ada yang menggali masalah pengaruh Hallaj pada bangunan pemikiran Iqbal. Tak ada satu pun yang mempelajari pandangan-pandangan mengenai estetikanya dan nyaris tak ada yang melakukan suatu indeks analitis dari teknik puitisnya.

Cara Iqbal mengungkapkan gagasan bisa jadi menempatkan dia sebagai juru bicara zamannya. Iqbal sangat menyadari posisi sulitnya sebagai "Adam yang pertama dari dunia baru". Seorang yang hampir tidak mungkin menemukan seorang sahabat yang akan memberi tahu rahasia-rahasia hati. Keluhan kesepian merembesi puisinya dari awal hingga akhir. Dan ini lebih dari sekadar kebebasan puitis, ketika ia menggunakan perumpamaan batu mirah delima yang menjadi simbol favorit dalam puisi Persia klasik: "... perhiasan yang terbuat dari jantung-hati batuan: ia menangis di jalan, dan air matanya menjadi mirah delima, dan ia menganjurkan tanah untuk menderita."

Iqbal sendiri tidak menyampingkan bahwa ia mengembara di jalan berbahaya ketika satu langkah dapat membawanya kepada konsekuensi-konsekuensi yang lebih baik dihindari. Namun dia telah mengidentifikasikan dirinya dengan lonceng. Lonceng yang membangunkan peziarah yang ketiduran pada awal perjalanan, untuk membimbing mereka kepada tujuan, yaitu Ka'bah di Mekah.

Muhammad Iqbal menjadi kekaguman bagi kebanyakan masyarakat Pakistan dan dianggap sebagai bapak spiritual. Bahkan bisa dikatakan, dia telah menjadi azimat pelindung menghadapi sejumlah bahaya yang utamanya berpangkal pada ancaman disintegrasi. Karena itu harus disadari pentingnya untuk kembali kepada gagasan-gagasan Iqbal. Oleh sebagian besar pemuka Pakistan, Iqbal disebut sebagai "misioner yang jaya, pengkotbah kemanusiaan yang agung".

Dalam kesimpulan buku ini, Annemarie Schimmel menuliskan, tak seorang pun yang akan menyatakan bahwa dia nabikarena itu tidak sesuai dengan ajaran Islam tentang berakhirnya kenabiantapi kita dapat mengakui bahwa dia telah disentuh oleh sayap Jibril.

Suseno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus