Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

24 Januari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEPALA negara yang bertamu ke negara lain membawa serta anaknya, itu biasa. Tapi, bila anak itu masih berusia 5 tahun, seperti kunjungan kenegaraan lima hari Presiden Bangladesh Hussain Mohammad Ershad di Indonesia, memang lebih mengesankan kunjungan kekeluargaan. Boleh dikata, tak tampak pengawal yang bertampang angker. Hanya ada dua orang lelaki pengiring, pengasuh putra tunggalnya, Shad, yang baru lima tahun. Tampaknya, Presiden beserta istri, Nyonya Begum Raushan Ershad, paling mendapat kesan dalam kunjungan di Bali. Bahkan begitu menikmati pemandangan Desa Mas, 15 km sebelah timur Denpasar, Nyonya Ershad tampak menyesal mengapa kunjungan mereka di Bali hanya tiga hari. "Jika saya tahu indahnya begini, wah ...." demikian kata Ibu Negara yang fasih berbahasa Inggris dan Prancis itu kepada rombongan. Dan Shad, putra Presiden itu tetap juga seperti anak-anak pada galibnya. Di galeri milik pematung Ida Bagus Tilem, di Ubud, Shad Ershad merengek minta patung burung terbang. Tangannya yang mungil menggapai-gapai patung kayu itu. Salah seorang penjaga galeri, yang tak lain anak perempuan Tilem sendiri, cepat tanggap. Ia ambil patung itu, lalu menghadiahkannya kepada Shad. Pematungnya sendiri memberikan kenangan patung kuda dan patung tangan sedang memegang buah manggis untuk Presiden Ershad. "Seni Bali sangat indah dan, menurut saya, ini simbol pikiran artistik orang Indonesia," tulis tamu negara, yang senang menulis puisi itu, dalam buku tamu. Di Bali, Presiden Ershad tak cuma berwisata, ia sempat juga beribadat. Bukan di pura, sudah tentu. Tapi di masjid. Tepatnya, beliau sempat melakukan sembahyang Jumat di Masjid An Nur, Sanglah, dengan imam K.H. Gozali, dari MUI Jawa Barat. Sehabis sembahyang, Presiden Bangladesh itu memperoleh kenang-kenangan dari pihak masjid berupa ukiran kayu bertuliskan Bismillah dalam huruf Arab. Di Bali, tamu negara didampingi antara lain oleh Menteri KLH Emil Salim. Menurut Emil, Presiden Ershad sangat tertarik pada cara Indonesia melaksanakan kampanye keluarga berencana. Bangladesh memang menghadapi laju populasi yang besar, 2,5%. Angka itu sedang diusahakan turun menjadi 1,5%. Presiden sendiri memberikan contoh, sampai kini masih satu anak, Shad itu, yang rupanya senang burung terbang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus