Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETELAH terjebak baku tembak di Kabul, Afganistan, pekan lalu, ÂMuhammad Farhan, 42 tahun, dilanda "kepanikan" lain: belum beli oleh-oleh! Selama ini penyiar dan pembawa acara itu dikenal rajin menjinjing buah tangan dari luar negeri. "Apalagi ini pengalaman pertama ke daerah konflik. Biasanya ke negara yang senang-senang," katanya.
Penyiar radio Delta FM ini datang memberi pelatihan media bekerja sama dengan Kementerian Antinarkoba Afganistan. Sebelum serangan Taliban, dia sempat melongok ke pasar lokal. Farhan mencomot tas anyaman buat ibunda, kacang almond dan pistachio untuk istri tercinta, serta bendera Afganistan, yang bakal dia pajang di rumah. Tapi insiden keburu meletus dan Farhan belum menenteng apa pun untuk para "penadah" di Jakarta.
Dia lalu teringat: di dompetnya masih ada pecahan-pecahan kecil afgani—mata uang negara itu. Aha, tak ada barang, "mentah"-nya pun jadi. Uang kertas itu dia jadikan oleh-oleh. Suvenir "darurat" itu ternyata disambut hangat teman-temannya. Farhan tak lupa pamer bahasa ÂPashtun, walaupun hanya satu kata: tashakor. Terima kasih!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo