Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAAT menjabat Perdana Menteri Inggris, Tony Blair bukanlah orang yang seketika bergairah bila diajak mendiskusikan agama atau keyakinannya. Dalam suatu wawancara, Alastair Campbell, juru bicaranya, bahkan serta-merta menginterupsi ketika wartawan mencoba bertanya ihwal itu dengan mengatakan, Kami tidak berurusan dengan Tuhan.
Tapi, sejak meninggalkan Downing Street 10, kantor Perdana Menteri Inggris, pada 2007, dia menjadi lebih terbuka mengenai pentingnya agama. Blair, kini 58 tahun, bukan hanya menjadi pemeluk Katolik dan telah mendirikan Tony Blair Foundation untuk mempromosikan saling pengertian di antara agama-agama besar. Dia juga, seperti diakuinya dalam wawancara dengan The Observer pekan lalu, mengaku membaca Al-Quran setiap haridi samping Injil. Sebagian untuk memahami beberapa hal yang terjadi di dunia, tapi terutama karena kitab ini luar biasa instruktif, katanya beralasan.
Menurut Blair, membaca Al-Quran menjadikannya tetap melek iman, yang dia anggap penting pada masa sekarang. Dia juga percaya pengetahuan mengenai Islam bisa membantunya menjalankan peran sebagai utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Rusia untuk Timur Tengah.
Pujian Blair bagi Islam itu sebenarnya bukan yang pertama. Pada 2006, dia mengatakan Al-Quran merupakan kitab yang memperbarui, yang inklusif, karena mengagungkan sains dan pengetahuan serta mengecam takhayul. Dia melihat Al-Quran sebagai kitab yang praktis dan mendahului masanya dalam hal bersikap terhadap perkawinan, perempuan, serta pemerintahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo