Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA orang itu kini sudah berusia lanjut. Taufiq Ismail, kini 73 tahun, J.J. Kusni, 68 tahun. Dulu, mereka berada di dua kelompok sastrawan yang berseberangan. Taufiq Ismail penanda tangan Manifesto Kebudayaan, sedangkan Kusni anggota Lekra alias Lembaga Kebudayaan Rakyat yang dekat dengan PKI. Di masa lalu, serang-menyerang di antara kedua kelompok itu berlangsung sengit.
Rabu pekan lalu, keduanya bertemu kembali dalam diskusi di Teater Utan Kayu, menandai diluncurkannya buku J.J. Kusni: Menoleh Silam, Melirik Esok. Hadir sejumlah sastrawan sezaman dan dari generasi yang lebih muda. Mereka berdamai? ”Kami bertikai dan berbeda pendapat puluhan tahun. Sekarang saya ikhlas berdamai dengan dendam masa lalu,” ujar Taufiq sambil tersenyum.
J.J. Kusni pun merasa tak pernah ada masalah dengan Manifesto Kebudayaan. ”Saya sudah lama bergaul akrab dengan Arief Budiman, begitu pula dengan Goenawan Mohamad,” katanya menyebut nama dua tokoh Manifesto. Perbedaan antara kedua kubu, menurut dia, masih diperlukan untuk memberikan warna kebudayaan dan kesenian Indonesia. Ya, seperti kata salah seorang peserta diskusi: Ibarat kaki, kanan dan kiri diperlukan untuk melangkah maju. Klop.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo