Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
La la la la la la la…
Boleh lupa kain dan baju
Jiwa manis indung disayang
La la la la la la la oo…
Janganlah lupa, janganlah lupa
kepada saya
KERONCONG Kemayoran mengalun dari puluhan murid Sekolah Dasar Negeri Menteng 01, Jakarta, di landasan Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Rabu pekan lalu. Seorang perempuan turun dari pesawat Boeing 757-200 seraya melambaikan tangan. Rambut pirangnya disibak angin. Dialah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton. Sang Menteri datang untuk kunjungan dua hari ke Indonesia.
Karangan bunga serta lambaian bendera Indonesia dan Amerika segera menyongsong Hillary. Anak-anak anggota Besuki Choir itu menyambut dia dengan ceria. ”Ternyata ia ramah dan cantik sekali,” ucap Sharene Alivia Yosefella, yang kebagian menyerahkan bunga. Dia tak bisa menyembunyikan kegembiraan bertemu dengan mantan ibu negara Amerika itu. Tak percuma, sepanjang perjalanan ke bandara, ia terus menggumamkan lagu yang akan ia bawakan. ”Setiap hari selama seminggu, terutama saat istirahat dan usai sekolah, kami berlatih,” kata Zubaidah Tharib, pembina paduan suara itu.
Hillary, yang jadi tamu istimewa, terkesan oleh penampilan para bocah dari sekolah dasar yang pernah mendidik Presiden Barack Obama ketika kecil itu. Ia ikut bergoyang mengikuti irama lagu. ”It’s beautiful,” katanya memuji.
Hangat dan akrab. Itulah kesan yang dibawa Hillary ketika berkunjung ke Indonesia, negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Presiden Obama pun mengingatkan Hillary agar tak lupa melawat ke Indonesia dalam kunjungan muhibahnya ke Asia. Dua hari lawatan dia isi, antara lain, dengan sejumlah pertemuan: dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, serta sejumlah tokoh masyarakat, perwakilan media, dan Sekretariat ASEAN.
Merangkul dunia muslim dan Asia adalah agenda utama kebijakan luar negeri pemerintah baru Amerika. Maklum saja, bertahun-tahun wilayah ini seolah terbengkalai dan tak diperhatikan Amerika. Bahkan muncul kesan Asia Timur dan Selatan menjadi ganjalan politik luar negeri Amerika. ”Kesannya seolah kami tidak peduli dan tidak mau mendengar apa yang terjadi pada sahabat-sahabat kami di Asia,” kata Hillary.
Pemerintah Amerika Serikat, kata Hillary, kini memutuskan lebih banyak mendengar dalam menjalankan politik luar negerinya. ”Anda tahu, sejak awal masa kampanyenya, Barack Obama menekankan pentingnya mendengar,” kata Hillary dalam pidatonya di Sekretariat Jenderal ASEAN. ”Bagian dari mendengar adalah kami juga harus bertindak sesuai dengan yang kami dengar,” katanya. Ia menegaskan keinginan itu merupakan bagian dari komitmen smart power Presiden Obama dalam kebijakan luar negerinya.
Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan, dalam jumpa pers bersama Hillary, Rabu sore itu, menyampaikan sambutan hangat ASEAN atas keseriusan pemerintah Obama mengakhiri kevakuman Amerika di wilayah ini. Ia menegaskan Amerika dan ASEAN akan memasuki babak baru diplomasi yang saling menghargai. Surin melambangkan hubungan itu lewat bunga mawar kuning yang diserahkan kepada Hillary. ”Mawar kuning yang berjumlah 32 itu melambangkan kebahagiaan dan harapan,” kata Surin. Pertemuan tersebut berlangsung hangat dan dipenuhi gelak tawa.
Hillary adalah pejabat tinggi Amerika pertama yang menginjak gedung itu. Tak mengherankan, setelah berbicara dengan Surin, Hillary didapuk berfoto bersama puluhan anggota staf Sekretariat Jenderal ASEAN. ”Kunjungan Hillary lebih mirip jumpa fans,” kata seorang anggota staf.
Keinginan untuk merangkul dan mendengar itu pula yang kembali ditegaskan Hillary ketika bertemu dengan Presiden Yudhoyono keesokan harinya. Menurut Hillary, Indonesia adalah bagian penting dari politik luar negeri Amerika. Ia menegaskan keinginan Amerika untuk meningkatkan kerja sama. Antara lain di bidang perlindungan lingkungan, perubahan iklim, perdagangan, investasi, kesehatan, pendidikan, keamanan kawasan, dan kontrateroris.
Tak hanya isu-isu menyangkut Asia yang dibicarakan Hillary dengan Presiden Yudhoyono. Dia pun menjanjikan peran Amerika yang lebih besar untuk membangun perdamaian di Timur Tengah.
Yudhoyono mengungkapkan kekecewaan Indonesia lantaran hingga kini Palestina belum menjadi negara merdeka dan berdaulat. Padahal perundingan Palestina-Israel-Amerika di Annapolis, Maryland, Amerika, pada 27 November 2007, menyepakati pembentukan negara Palestina paling lambat akhir tahun lalu. Yudhoyono mendesak Amerika mewujudkan kemerdekaan Palestina sebagai solusi perdamaian di kawasan itu.
Di kantor ASEAN, Surin Pitsuwan juga meminta Hillary menemukan solusi paling adil dan tak bersifat temporer di Timur Tengah. ”Perdamaian di Palestina adalah kunci menenangkan amarah muslim di seluruh dunia,” kata mantan Menteri Luar Negeri Thailand ini.
Dalam diskusi dengan tujuh wartawan, termasuk Tempo, Hillary menggarisbawahi peran aktif yang akan dimainkan Amerika di Timur Tengah. Pada 2 Maret mendatang, misalnya, ia akan menghadiri Konferensi Rekonstruksi Gaza, di Kairo, Mesir.
”Kami merasa Amerika Serikat belum aktif dalam upaya melibatkan pihak-pihak yang bertikai untuk menyelesaikan konflik,” kata Hillary. ”Kami akan bekerja keras untuk menyelesaikan konflik yang perih dan sulit yang sudah berlangsung bertahun-tahun.”
Indonesia adalah negara kedua yang dikunjungi Hillary, setelah Jepang. Dari Jakarta, Hillary melanjutkan lawatannya ke Seoul, Korea Selatan, Jumat pekan lalu. Masalah nuklir Korea Utara dan keamanan menjadi topik bahasan utama. Pemerintah Seoul mendesak Amerika memulai kembali pembicaraan enam pihak, yang terhenti karena sikap Pyongyang yang ngotot tak bersedia berunding. Sikap Pyongyang ini kemudian menyeret kedua negara di Semenanjung Korea itu ke dalam konflik baru.
Hillary mengakhiri kunjungan muhibahnya ke Asia di Cina pada akhir pekan. Hubungan Cina dan Amerika selama ini lebih banyak terfokus pada ekonomi. Namun pemerintah Obama tampaknya memandang penting menapaki babak baru hubungan luar negeri yang lebih baik. Perubahan iklim, pencegahan pandemi, dan proliferasi nuklir adalah hal yang menjadi perhatian Amerika dalam hubungan dengan Cina.
Kepada sejawatnya di Asia, Hillary berjanji mempererat kerja sama ekonomi, terutama saat krisis finansial menerjang dunia. Dalam paket itu nantinya akan termasuk program bilateral swap arrangement, yang merupakan bantalan menghadapi krisis finansial global. Pada program ini, Indonesia mengajukan pinjaman untuk memperkuat cadangan devisa dalam menghadapi krisis ekonomi dunia.
Kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika ke Asia kali ini dipandang banyak pihak sebagai perkembangan menyenangkan dari politik luar negeri Amerika di bawah pemerintahan presiden baru. Selama puluhan tahun Amerika menghadapkan pandangannya kepada sekutunya di Eropa Barat. Sejak 1960-an, inilah pertama kalinya seorang Menteri Luar Negeri Amerika menjadikan Asia sebagai tujuan lawatan pertama.
Angela Dewi, Philipus Parera, Ismi Wahid, Ninin Damayanti, Titis Setyaningtyas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo