Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cuaca panas dan jarak yang jauh bukan halangan bagi Olga Lydia untuk bolak-balik ke Pulau Komodo. Dalam setahun setidaknya tiga kali model cantik itu pergi ke daerah gersang tapi eksotik itu. Apa gerangan yang dilakukan perempuan 34 tahun itu di sana? ”Saya membuka perpustakaan anak-anak di Pulau Komodo,” kata Olga.
Perempuan berdarah Tionghoa ini bersama organisasi Book for Hope memiliki program membuat perpustakaan anak-anak di seluruh Indonesia. Perpustakaan pertama dibangun di tengah perkebunan sawit di Sumatera Barat. Perpustakaan di Pulau Komodo adalah perpustakaan anak ke-18 di daerah paling timur Indonesia dalam program Book for Hope. ”Saya prihatin. Anak-anak di daerah terpencil tidak punya wawasan yang luas. Kami ingin mereka punya mimpi lebih tinggi lagi,” ujar alumnus Universitas Parahyangan ini.
Perpustakaan itu dibangun di kolong rumah panggung milik penduduk. Bangunannya sederhana dengan dinding terbuat dari papan, lantai tanah, dilengkapi beberapa kursi plastik dan rak buku. Saat ini koleksi bukunya hanya 350 buah untuk pembaca anak dan remaja. ”Yang penting ada tempat, sederhana tidak apa-apa, asal bukunya tidak hilang dan tidak kena hujan,” kata presenter ini. Perpustakaan itu dibangun bersama masyarakat agar mereka ikut merawat bukunya. Beberapa sukarelawan setempat menjadi guru pendamping. Sesekali boleh juga Olga jadi ibu guru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo