Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGENAKAN kemeja kotak-kotak, celana hitam, serta kopiah, Bacharuddin Jusuf Habibie, 74 tahun, khusyuk membaca ayat Yasin di depan pusara istri tercinta, Hasri Ainun Habibie, yang wafat pada 22 Mei lalu. Tangannya terus memegang nisan, sesekali membelai penuh cinta ukiran nama sang istri. ”Setiap asar saya selalu ke sini menemui Ibu membawakan melati dan sedap malam. Saya ingin hingga 100 hari menemani Ibu,” katanya.
Ramadan kali ini pertama kalinya dijalani presiden ketiga Indonesia ini tanpa didampingi sang istri. Untuk menebus kerinduan kepada Ainun, keluarga Habibie meneruskan kebiasaan almarhumah pada bulan penuh berkah ini. ”Biasanya Ibu belanja sajadah, sarung, mukena, dan keperluan selama puasa untuk staf,” ujarnya sambil tersenyum. ”Kali ini anak-anak yang meneruskan.”
Kerinduan kepada Ainun akhirnya terbayar pada hari kesembilan menjalani puasa. Habibie berhasil ”melihat” wajah sang istri. Saat itu dia sedang salat tarawih di rumah. Ketika matanya tertutup, dia bisa melihat dan merasakan wajah istri tercinta bergelayut di pundak. ”Ibu tersenyum kepada saya, menguatkan saya,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo