Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADINIA Wirasti harus menahan rasa sakit di kakinya saat pengambilan gambar film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta di studio Gamplong, Yogyakarta. Berperan sebagai Lembayung, perempuan dari kasta rendah yang mengabdi kepada raja dan bangsanya, Asti-sapaan akrabnya-menjalani syuting nyaris tanpa alas kaki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasilnya? Kakinya melepuh dan kapalan. "Satu hal yang bikin sulit adalah saat syuting harus nyeker, karena itu bikin sakit kaki," tutur aktris 31 tahun itu di Gedung Tempo, Selasa tiga pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pengambilan gambar, ia harus berjalan di jalan menanjak penuh batu. Bahkan pada siang bolong ia mesti menaiki sebuah benteng yang terbuat dari bahan fiber dengan menapak kerikil tajam. "Kenanya banyak pas syuting di benteng itu," ujar peraih penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2013 lewat film Laura & Marsha itu.
Saat itu, ia hanya bisa menahan rasa sakit di telapak kakinya dengan sesekali berlindung di tempat teduh. Bagaimanapun, dalam kondisi tertentu, suasana panas membantunya tampil berkeringat sehingga aktingnya tampak lebih natural.
Referensi ketangguhan sosok Lembayung yang diperankan Asti didapatkan dari perempuan tokoh pewayangan yang kerap diceritakan neneknya sejak ia masih bocah, dari Srikandi, Drupadi, hingga Larasati. Saat peran itu disodorkan kepadanya, hal pertama yang muncul di benaknya adalah nostalgia tentang kisah wayang yang sering diceritakan sang nenek.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo