Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sheryl, 22 tahun, menikmati waktu luangnya seusai syuting film Bebas karya Riri Riza, yang akan tayang di bioskop pada Oktober mendatang. Selama tiga bulan sebelumnya, dia harus ikut pengambilan gambar pada pukul 04.00-21.00.
Kini dia sedang tidak memiliki alasan bangun pagi. “Kadang kebangun jam 9, terus tidur lagi,” ujar Sheryl. Maksimal dia terjaga hingga pukul 11.00. “Kalau lebih dari itu, badan jadi capek seharian.”
Penyanyi dengan dua album dan 12 single ini mengaku lebih produktif setelah matahari terbenam. Selain menjalani latihan musik dan mempersiapkan single baru di rumahnya di Cipete, Jakarta Selatan, dia menggeser rutinitasnya berlatih kebugaran dari pagi ke malam karena berpuasa.
Sheryl sedang menggeber latihan. Bukan apa-apa, pasokan snack tanpa henti selama syuting membuat bobotnya naik enam poin menjadi 54 kilogram. “Tadinya belum pernah menembus 50 kilogram,” ucapnya. Meski angka itu tergolong ideal untuk perempuan bertinggi 162 sentimeter, aktris yang telah membintangi lima film layar lebar ini ingin menurunkannya. “Soalnya wajah kelihatan lebih lebar di televisi.”
Riri Riza. TEMPO/Nurdiansah
Puasa Air Kemasan
SUTRADARA Riri Riza, 48 tahun, punya aturan baru dalam film yang sedang digarapnya, Bebas. Ia tidak menyediakan air minum dalam kemasan selama proses produksi pada April lalu. “Ini pertama kali kami menetapkan kebijakan tersebut,” katanya, Jumat, 10 Mei lalu.
Demi menjaga lingkungan, Riri dan produser Mira Lesmana sepakat menyediakan botol minum untuk setiap pemain dan kru. Ia telah lama gerah terhadap pencemaran sampah plastik di lautan. Tapi baru kali ini angan-angannya berpuasa air minum kemasan dalam proses produksi film terwujud.
Menurut Riri, aturan itu lebih mudah dilaksanakan sekarang karena seluruh proses pengambilan gambar film terbarunya itu dilakukan di Jakarta. “Kalau film sebelumnya, jalan dari Jakarta sampai Jawa Timur, secara teknis susah dilaksanakan,” ujarnya.
Riri menyarankan tiap pemain dan kru minum minimal empat liter air per hari karena jam kerja yang panjang, yakni 12-16 jam tiap hari. Dengan jumlah anggota tim sekitar 300 orang dan produksi yang berlangsung selama 32 hari, ia bisa mengurangi banyak sampah botol air minum.
Kalau mengkonsumsi air minum kemasan, kata dia, satu orang bisa menghabiskan delapan botol per hari. “Bayangkan berapa kontribusi pengurangan sampah yang bisa kita lakukan,” ucapnya. Bonusnya, dia menambahkan, bujet penyediaan air dan manajemen sampah pun menjadi lebih murah.
Retno Marsudi. Dok. Kemenlu
Batik Diplomatik
MENTERI Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi mendapat kejutan dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, Selasa, 7 Mei lalu. Batik menginvasi sidang debat terbuka tentang pasukan penjaga perdamaian tersebut. Perwakilan Amerika Serikat, Jerman, Pantai Gading, Prancis, Peru, Republik Dominika, Cina, dan Afrika Selatan berbatik ria. “Wooow,” kata Retno, mengutip komentar pertamanya di ruang sidang, kepada Tempo, Selasa, 14 Mei lalu.
Dress code itu tidak berasal dari Indonesia selaku Presiden Dewan Keamanan PBB pada Mei ini. Menurut Retno, 56 tahun, mereka hanya menyampaikan bahwa delegasi Indonesia akan mengenakan batik dalam sidang tersebut. “Respons yang lain mengharukan. Mereka yang memiliki batik pada janjian pakai batik,” ujarnya.
Misalnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang menemui Retno sebelum sidang dengan menenteng baju salin hem batik tenun yang dia peroleh dalam pertemuan Badan Moneter Internasional-Bank Dunia di Bali pada Oktober 2018. “Beliau berganti baju dulu sebelum bertemu dengan saya, dilanjutkan dengan pertemuan Dewan Keamanan,” tutur Retno.
Batik menjadi pakaian andalan diplomat Indonesia. Retno selalu membawa kain warisan budaya dunia itu setiap kali berdinas ke luar negeri, terlebih saat musim panas. “Jadi, begitu melihat batik, orang langsung terasosiasi dengan Indonesia,” kata diplomat karier asal Semarang tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo