Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NURUL Arifin, 21 tahun, bukan lagi pacar Nagabonar. Tidak juga kekasih Lupus. Selama enam hari, sampai Rabu pekan ini, Nurul adalah Bianglala yang berpakaian ala balerina. Tubuhnya diputar-putar, hingga rumbal-rumbai di pinggulnya ikut seliweran. Bicaranya seperti membaca sajak. "Aku bermaksud memerangi kemiskinan dan kebodohan," teriaknya, melengking tapi terputus-putus. Bermain drama bagi Nurul adalah untuk naik kelas. "Umpama sekarang saya kelas empat, siapa tahu bisa naik kelas tujuh, setelah main sandiwara," ujarnya. Kelas-kelas itu, ya, begitulah Nurul mengumpamakan kariernya sebagai artis. Sebab, menurut pengamatannya, banyak artis film yang sukses, mulai dari permainan panggung. Jadi, ia ingin tahu, bagaimana rasanya panggung. Saat Nurul berangan-angan main drama, Adi Kurdi ternyata berangan-angan memakai pemeran wanita dalam film Nagabonar itu untuk dramanya, kelak. "Saya cuma ingat wajah dan suaranya. Tapi saya lupa namanya," begitu tutur Adi Kurdi. Yang dimaksud memang Nurul. Dan kelak itu, ternyata, datang dari seoang pelawak bernama Dono. Maka, semua angan-angan terwujud dalam sandiwara komedi Balada Paijo, disutradari Adi Kurdi dan pentas di Taman Ismail Marzuki. Bianglala simbol gemerlapan kota yang mengiming-imingi Paijo - diperankan Dono anak desa yang lari ke kota mengejar mimpi. Jalan yang dilalui Paijo tak selicin impiannya. Dan jalan yang dilalui Nurul pun tak semudah bayangannya. "Saya demam panggung," katanya. "Maklum, baru pertama kali main drama." Awas, tak naik kelas, lho.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo