FESTIVAL Film Indonesia 1983 di Medan bulan ini disambut orang
film dengan deg-degan. Sampai ada cerita burung tenting si anu
yang sedang latihan jalan agar tak gugup bila kelak menerima
Piala Citra. Maklum, bintang film.
Satu di antaranya, santer disebut Christine Hakim, 27 tahun
dengan permainannya dalam film 'Di Balik Kelambu'. "Buat saya
Citra itu hanyalah hasil atau akibat dari kerja kita," katanya.
"Saya lebih tertarik mempelajari proses, misalnya, apa dan
bagaimana acting itu."
Itu memang yang ditekuninya. Belakangan ini sering nongkrong di
Sanggar Teater Populer, Tanah Abang, Jakarta. Di sanggar yang
mirip museum itu ia berguru kepada Slamet Rahardjo tentang
peran. Tuntutan itu kian dirasakannya sehabis main dalam
'Seputih Hatinya Semerah Bibirnya' yang disutradarai Slamet,
tahun 1981.
Selama ini, setelah hampir sepuluh tahun ia beraksi di depan
kamera, Christine mengakui: "Saya hanya main dengan naluri
saja". Kemudian sampai di tangan Slamet Rahardjo, "baru saya
merasa harus main dengan otak," tambahnya. Ia juga memanggil
guru bahasa Inggris untuk les privat. Namun sering terputus
karena urusan film. "Tapi nanti sepulang dari FFI Medan saya
akan ikut intensive course di LIA," ujarnya tersenyum dan
menambahkan, "perlu, untuk memperlancar hubungan internasional."
Ibaratnya baterai yang bakal terang menyala bila selalu diisi
listrik, begitu Christine mengasah dirinya. "Makin banyak yang
kita serap, semakin kental juga yang keluar," kata bintang yang
pernah meraih 3 Piala Citra itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini